(pelitaekspres.com) – TULANG BAWANG BARAT – Budidaya ikan yang dikelola oleh Kelompok Budidaya Ikan Batang Hari Jaya, yang terdiri dari 10 orang, diduga tidak dijalankan sebagaimana mestinya karena anggota tidak banyak dilibatkan. Kelompok ini berada di Tiyuh Karta, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba). Rabu (4/2/2025).
Kekecewaan anggota kelompok tersebut disampaikan oleh salah satu anggota berinisial M (54). Ia mengeluhkan bahwa dirinya dan rekan lainnya tidak terlibat langsung dalam pengelolaan, melainkan hanya sebagai penerima manfaat.
“Kalau bantuan itu turun Rp200 juta lewat rekening kelompok yang dicairkan melalui bendahara, saya kurang tahu nama kelompoknya secara jelas. Saat bantuan dari kementerian turun, kami dipanggil, tetapi setelah itu tidak tahu-menahu. Kalau ada komunikasi terkait penempatan dana itu, kami tidak tahu,” ujarnya.
“Saya sebagai anggota mendengar dana turun sekitar Rp200 juta pada tahun 2024. Dana tersebut untuk apa, kami kurang jelas karena tidak ada penjelasan dari ketua kelompok. Kolam itu ada, dan ketua kelompok kami bernama Rizal Hanafi, bendahara bernama Rasikam, sedangkan sekretaris saya juga kurang tahu,” tambahnya.
“Awalnya, informasi dari ketua adalah bahwa dia mengajukan proposal permohonan bantuan budidaya ikan. Setelah bantuan ikannya turun, saya tidak pernah mengurusnya dan bentuk ikannya pun saya tidak melihat. Waktu pencairan bantuan, saya tahu dari Ahmad Wanto, anggota kelompok kami,” ungkapnya.
Para anggota yang tidak dilibatkan berharap agar dana tersebut diselidiki lebih lanjut.
“Mohon untuk diselidiki terkait dana itu, karena jika terjadi penyelewengan, kami juga akan terkena imbasnya. Jadi, kami sangat kecewa karena tidak tahu-menahu soal dana itu, tetapi jika ada masalah, kami bisa ikut terkena dampaknya,” keluhnya.
Saat dikonfirmasi di lokasi kolam ikan, Rizal Hanafi selaku ketua kelompok menyangkal keluhan anggotanya. Ketika ditanya mengenai sumber modal, ia berkilah, “Bukan modal, istilahnya suatu program tentang teknis budidaya yang kami jalankan dengan bimbingan penyuluh perikanan.”
“Ini termin kedua, dan yang pertama sudah panen. Itu panen pemula. Sekarang dikelola bersama, nanti kita lihat hasilnya. Kalau ada hasil, kita bagi sisanya,” jelasnya.
Terkait sumber dana dari Kementerian Perikanan, Rizal mengaku tidak mengetahui secara rinci.
“Saat dana awal turun, kami tidak tahu jumlahnya secara pasti karena kami menerima bantuan dalam bentuk bangunan kolam ikan dan bibit budidaya. Pakan awal berasal dari bantuan, sedangkan pakan berikutnya dari hasil panen. Dalam satu kolam, maksimal berisi 4.000 ekor bibit ikan,” jelasnya.
Saat ditanya mengapa anggota lain tidak terlihat di lokasi kolam, Rizal beralasan bahwa mereka memiliki kesibukan masing-masing.
“Biasalah, pada sibuk dengan urusan masing-masing. Memang anggotanya hanya 10 orang,” elaknya.
Ketika ditanya siapa sekretaris kelompok, Rizal tampak kebingungan dan melihat ke samping sebelum menjawab.
“Sekretarisnya nggak ada… Hamlan, bendaharanya ada, itu rumahnya,” ujarnya sambil menunjuk rumah bendahara.
Rizal juga mengungkapkan keraguannya terhadap keberhasilan budidaya ikan ini.
“Kami masih dalam tahap belajar. Namanya juga masih belajar, mudah-mudahan berjalan, tetapi kalau tidak, ya apa adanya, karena ikan ini makhluk hidup,” ujarnya dengan nada ragu. (Mar)