(pelitaekspres.com) –LAMPURA- Puluhan warga Desa Abung Jayo, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara memadati pertigaan Jalan Plamboyan 1, RT 003 RW 004, Desa Abung Jayo untuk mengikuti doa dan makan bersama Selamatan Malam 1 Suro, Sabtu (6/7/2024) malam.

Meskipun hujan gerimis, warga yang terdiri dari orang tua, remaja, dan anak-anak tetap berbondong-bondong datang membawa masakan dari rumah masing-masing. Makanan yang dibawa adalah nasi dengan lauk menu ingkung ayam kampung, yakni ayam kampung yang dimasak utuh untuk disantap bersama. Warga meyakini malam 1 Suro merupakan malam sakral sehingga harus disambut dengan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta.

Tokoh agama Desa Abung Jayo, Ustaz Efendi, mengatakan acara Selamatan Malam 1 Suro sudah menjadi tradisi turun temurun yang rutin digelar setiap tahun. Istilah malam 1 Suro, tuturnya, diambil dari penanggalan Jawa yang merupakan malam yang menandai masuknya tahun baru Islam Tanggal 1 Muharam Tahun Hijriah.

Menurut Efendi, tradisi malam 1 Suro sangat penting bagi kehidupan sosial keagamaan masyarakat Desa Abung Jayo. Istilah Suro, ucapnya, berasal dari kata Asyura dalam bahasa Arab yang berarti sepuluh, istilah ini merujuk pada hari ke-10 bulan Muharram.

“Asyura dalam lidah Jawa kemudian lebih populer disebut Suro. Jadilah kata Suro sebagai khazanah Islam-Jawa asli sebagai nama bulan pertama kalender Islam maupun Jawa,” ucap Efendi.

“Di Bulan Muharam ini ada cerita sedih tentang Nabi Muhammad saat menyebarkan agama Islam di Mekah. Beliau mendapat cacian, penganiayaan, dan berbagai cobaan bahkan gigi Rasulullah sempat patah karena terkena lemparan batu orang Thaif. Makanya di Bulan Muharram kita tidak diperbolehkan senang berlebihan karena Rasulullah saja bersedih,” ujar Efendi menjelaskan.

Lebih lanjut Ustaz Efendi mengatakan pada bulan Muharram ini kita mesti banyak bersyukur dan berdoa meminta umur panjang, diberi keselamatan, murah rezeki, dan diberi kesehatan.

Sementara itu, salah satu warga, Margono, yang juga hadir dalam acara Selamatan ini mengatakan Malam Satu Suro harus tetap diingat karena merupakan awal tahun baru Islam. Dia juga mengatakan tujuan kegiatan selamatan ini yaitu untuk memohon kepada Allah Swt agar seluruh warga diberi keselamatan hingga tahun baru 1 Muharam tahun depan.

“Selama bulan Suro ini harus selalu hati-hati dalam segala hal, karena jika kita ceroboh dan tidak berhati-hati akan banyak sengkolo (masalah). Selain itu, kita juga harus melakukan hal yang baik,” ucap Margono.

Merujuk pada kalender Kementerian Agama yang memuat konversi kalender Hijriah, Masehi, dan Kalender Jawa, di tahun 2024 ini Tanggal 1 Suro jatuh pada 7 Juli. Artinya, malam 1 Suro 2024 terjadi pada malam 6 Juli. Hal ini karena pergantian hari dalam penanggalan kalender Jawa dan Hijriah terjadi setelah Matahari terbenam.(Mirani)

Tinggalkan Balasan