(pelitaekspress.com) – BANDARLAMPUNG – Capaian pembelajaran perguruan tinggi harus sejalan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dalam mendukung percepatan transformasi digital untuk Indonesia Maju.

Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (Aptikom) Pusat Prof. Ir. Zainal Arifin Hasibuan, MLS., Ph.D. dalam Seminar Nasional (Semnas) Hasil Penelitian dan Pengabdian 2020 Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Rabu, (26/8/20).

Prof. Zainal Arifin Hasibuan menerangkan untuk menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) dengan talenta digital memberikan kebebasan merdeka belajar. “Indonesia saat ini mengalami kekurangan 600 ribu talenta digital dan kita juga akan kekurangan hingga 18 juta tenaga ahli digital sampai 2030,” ungkapnya.

Menurutnya, akar permasalahan yang terjadi harus diselesaikan segera dengan capaian pembelajaran yang koheren. “Kebijakan pemerintah untuk menguatkan SDM Indonesia, kampus merdeka memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mempelajari kemampuan diluar dari yang diperoleh di kuliah,” tuturnya.

Prof Ucok – biasa dia disapa – menerangkan perguruan tinggi yang menyiapkan SDM harus mengikuti keinginan DUDI. “Setiap lulusan harus memiliki kompetensi. Bukan lulus dikasih ijazah tetapi tidak menjamin lulusan kompeten,” jelasnya.

Pembicara kedua, Dr. Satria Jaya Priatna., MS mengatakan di tengah wabah pandemi Covid-19, pembelajaran dengan menggunakan digital dimasifkan. “Untuk penelitian dan pengabdian masyarakat juga berbeda dari pertemuan dengan tatap muka menjadi virtual,” ungkapnya.

Reviewer nasional ini juga menuturkan tiga pilar Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran; penelitian dan pengembangan; dan pengabdian kepada masyarakat. “Untuk pengajaran dalam mencegah penyebaran dalam wabah pandemi ini dilakukan dengan daring. Penelitian dan pengabdian alurnya tetap sama hanya pelaksanaannya dilakukan virtual,” tuturnya.

Sementara, Dr. Indra Budi Sumantor, S.E., M.M., mengatakan key succes factors di Era Disrupsi sejalan dengan kebijakan Kampus Merdeka. “Ketika belum terjadi pandemi Covid-19, seluruh sektor didorong untuk ke arah Revolusi Industri 4.0. Tadinya tidak begitu cepat dan saat ini langsung berjalan cepat,” ungkapnya.

Key succes factors tersebut continous improvement, adaptif, responsif,  inisiatif, kreatif, inovatif, kolaboratif, efektif, efisien, produktif, dan komparatif. “Empat kebijakan kampus merdeka yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia juga mendukung pembelajaran digital. Revolusi Industri 4.0, terdapat pekerjaan baru dan pekerjaan lama akan hilang,” ucapnya.

Perguruan tinggi memiliki peran memberikan kemampuan digital secara masif dalam mendukung program pemerintah. “IIB Darmajaya sebagai kampus teknologi mampu melakukan peningkatan pengajaran dan pembelajaran digital yang sejalan dengan pemerintah,” tutupnya. (**)