(pelitaekspres.com) –TRIMURJO- Ratusan warga Lingkungan 1 Kelurahan Simbar Waringin, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng), antusias menyaksikan pentas seni budaya tradisional kuda lumping. Meskipun, ditengah teriknya matahari tak menyurutkan warga untuk melihat secara langsung hiburan kesenian rakyat yang nyaris punah itu, Minggu (1/1/2023).

Tokoh pemuda Simbar Waringin Panji AB mengatakan, bahwa bangga karena kuda lumping Widono Putro ini untuk menggairahkan kebudayaan. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau melestarikannya. Kesenian kuda lumping ini tidak ada regenerasinya. Lebih ke hanya orang-orang yang memiliki jiwa di kesenian ini,” ujarnya.

Lanjut Panji menambahkan, gempuran budaya luar yang dengan mudah diterima oleh generasi kekinian, menambah budaya tradisional makin tenggelam. “Anak-anak muda kurang interest. Salah satunya,  yaitu pengaruh budaya luar gampang masuk dan diterima sehingga  kearifan lokal makin ditinggalkan dan dianggap kuno. Saya mengapresiasi kuda lumping ini yang konsisten membumikan kembali seni budaya kuda lumping di setiap kesempatan.

Tentu saja, penampilan kuda lumping ini sangat ditunggu-tunggu oleh warga. Anak-anak, dewasa hingga orang tua tampak antusias menyaksikan penampilan kuda lumping. Saya surprise, anak-anak sampai orangtua menikmati betul pertunjukan ini. Kedepan perlu terus diperhatikan dan distimulus supaya ada regenerasi,” harap Panji.

Hal senada di katakan Tokoh Agama dan Pemuda H. Hasyim menuturkan, bahwa seni budaya kuda lumping atau yang di kenal sebagai seni jaranan, memang harus di jaga dan di lestarikan, mengingat yang namanya seni kebudayaan itu adalah bagian dari alat komunikasi bahkan sebagai ajang silaturahmi antar umat.

Lanjut Hasyim menambahkan, seni budaya itu pun tidak pernah memandang bahkan membedakan, Suku, Ras dan Agama. Karena seni budaya itu merupakan peninggalan dari nenek moyang kita, sehingga tidak ada alasan bagi kita selaku umat yang beragama kalau tidak menjaganyamenjaganya,” jelasnya.

Dikatakan Hasyim, lantaran seni itu di ciptakan oleh Nenek Moyang dengan maksud untuk tujuan hal yang positif, jadi kalaupun seni tersebut di artikan sesuatu yang negatif itu semua hanya tergantung dari individu semata. Karena bagi saya pribadi, pada dasarnya bagaimana sudut pandang kita terhadap seni itu dan bagaimana pula kita akan membawa bahkan menempatkan sebuah seni,” tutupnya. Hasyim. (Pur)

 

Tinggalkan Balasan