(pelitaekspres.com)-BANYUMAS– Bagi warga masyarakat Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, selain menanam padi, coklat, cengkeh, kemukus, dan pohon kelapa, menanam pohon kapulaga adalah salah satu budidaya pertanian dan perkebunan andalan mereka.

Ini karena cukup banyaknya permintaan dari pabrik-pabrik jamu untuk digunakan sebagai bahan dasar obat tradisional.

Salah satu rempah-rempah termahal ketiga di dunia setelah saffron dan vanilla ini, juga tumbuh subur di desa yang mempunyai ketinggian 420 mdpl dan bersuhu harian rata-rata 23 derajat celcius dan bercurah hujan 2.000-5.000 mm/tahun.

Dengan kondisi geografis tersebut, tanaman yang mempunyai ketinggian antara 2-3 meter dan tumbuh subur di ketinggian antara 200-1.000 mdpl, juga subur di Petahunan.

Masyarakat disini juga menanam kapulaga di bawah pohon rindang agar hasil panennya maksimal, yaitu mampu panen empat kali dalam setahun dalam umur tanaman yang mampu mencapai 10-15 tahun tergantung perawatan.

Tampak Saripan atau Mbah Ripong (85), warga Petahunan RT. 02 RW. 03, menjelaskan secara mendetail tentang budidayanya tersebut kepada Serma Kuswanto, Bati Tuud Koramil 22 Karangluas, yang ditugaskan satuan induknya yaitu Kodim 0701 Banyumas untuk menggali potensi dan gotong royong di desa yang menjadi sasaran TMMD Reguler 108 Banyumas. Senin (22/6/2020).

Mbah Ripong menjelaskan, dari 5 kilogram biji kapulaga jika dijemur kering akan menjadi 1 kilogram atau dengan perbandingan 5 : 1 atau kadar air kapulaga yang dijemur mencapai 15-20 %.

Setelah dipanen, buah dicuci dengan menggunakan soda pencuci 2 % selama 10 menit, kemudian dijemur dengan cara diangin-anginkan atau tidak terkena sinar matahari langsung selama 5-10 hari.

Sementara saat ditanya terkait pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) sepanjang 1,8 kilo meter lebar 3,75 meter yang membentang dari Dukuh Semingkir ke arah persawahan/ladang dan juga Obyek Wisata Curug Nangga, kakek tersebut menyatakan senang karena akan segera mendapatkan kemudahan akses saat mengangkut hasil panen.

“Senang pak jalan dibangun TNI dan masyarakat. Soalnya ongkos kuli panggul adalah Rp. 15-20 ribu sekali jalan dari ladang ke rumah tergantung jarak,” bebernya.

Ia menyatakan, seluruh petani dan masyarakat di desanya sangat menyambut baik dan berterima kasih atas upaya Pemerintah dan TNI dalam mensejahterakan petani melalui pembangunan akses JUT dan juga jalan menuju air terjun tingkat tujuh “Curug Nangga”. (Aan)