(pelitaekspres.com) – JAKARTA- Awal tahun baru 2022 di Indonesia akan “dibuka” sebuah perhelatan pameran besar seni lukis Indonesia pada tanggal 15 Januari 2022 – 15 Pebruari 2022 yang berjudul “Creative Freedom to Heal Nation #2” di Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, bersebelahan dengan Balai Kota DKI Jakarta.
Auditorium tempat pameran tersebut dilaksanakan merupakan Auditorium yang sangat megah se-Asia Tenggara. Rencana semula pameran tersebut akan berlangsung pada tanggal 20 Desember 2021-20 Januari 2022. Namun dikarenakan sesuatu hal perhelatan tersebut diundur menjadi tanggal 15 Januari-15 Pebruari 2022.
Pameran ini merupakan pameran yang ke-dua kalinya ditempat yang sama dengan judul yang sama namun kali ini dengan tema “Artist Response to The Pandemic”.
Kurator pameran lukis tersebut Fajar Sidik mengatakan bahwa pameran kali ini merupakan “All Indonesian Stars” yakni mengundang para pelukis terbaik di Indonesia seperti: Sucipto Adi, Syaiful Adnan, Yuswantoro Adi, I Gusti Nengah Nurata, Nasirun, Nisan Kristiyanto, Widji Paminto Rahayu, Sam Bimbo, Sujiwo Tedjo, Prof. Sarnadi Adam, dan lain sebagainya yang mana mereka semuanya berdomisili di Jakarta, Bandung, Yogya, Solo dan Bali.
Pelukis yang tidak berdomisili di pulau Jawa-Bali hanyalah Tri Nawangwulan (Berlin, German) dan Helmy Azeharie (Bandar Lampung).
Pelukis Helmy Azeharie lahir di Jakarta pada tanggal 21 Mei 1957, dari keluarga Bapak Mochtar Azeharie yang ekonom serta ibu Nurwilis seorang pengacara. Helmy menempuh pendidikan terakhir di Sekolah Tinggi Seni Rupa “ASRI”/STSRI-ASRI Yogyakarta Jurusan Seni Lukis Angkatan 1975, dan sempat mendapat bea siswa dari SACI/Studio Art Center Internasional di Florence, Italia.
Setelah menyelesaikan pendidikannya Helmy Azeharie pernah bekerja sebagai Packaging Designer di Solo serta sebagai seorang Visualiser Periklanan diperusahaan Periklanan Amerika.
Setelah purna bakti sebagai Pegawai Negeri Sipil, menjadi Kepala Taman Budaya Bengkulu, Kepala Dinas Pariwisata Bengkulu serta Kepala Taman Budaya Propinsi Lampung Setelah pensiun sebagai birokrat, Helmy sepenuhnya kembali ke ”habitat”nya semula yakni sebagai seorang pelukis yang berdomisili di Bandar Lampung.
Beberapa karya lukisnya sudah dikoleksi oleh negara melalui Galeri Nasional Republik Indonesia, beberapa kepala daerah, dan lain sebagainya.
Sejak tahun 1975 hingga saat ini Helmy Azeharie selalu mengikuti pameran baik didalam maupun diluar negeri. Pameran terakhir di luar negerinya pada tahun 2018 di Melbourne (Australia) dan Qingdao (China).
Lukisan Helmy Azeharie bergaya Realis Tadisionil rata-rata berukuran 2 mtr x 1,5 mtr. Dengan teknik glazing yang ditekuninya hingga saat ini maka alhasil lukisannya sudah mengarah pada Hyperealism.
Jangan kita melihat dan menterjemahkan karyanya dengan akal logika, karena lukisan Helmy Azeharie banyak mengandung filosofi dan pesan moral didalamnya.
Baginya sebuah lukisan haruslah membawa pesan moral serta harus “berkomunikasi” dengan masyarakat, khususnya penikmat seni. Karya seni bukanlah sebuah produk seperti selembar kain yang berisi ornamen atau gambar, tapi merupakan sebuah proses.
Disaat pengalaman empiris tersentuh dengan lingkungan sekitar, maka timbullah sebuah gagasan dan ide. Ide inilah yang pada akhirnya diproses lebih mendalam untuk dijadikan sebuah karya lukis.
Bagi seorang Helmy Azeharie sebuah lukisan tidak semata-mata hanya memindahkan sebuah gambar keatas kanvas, tapi gambar tadi haruslah mempunyai makna sehingga dapat menyampaikan sebuah pesan moral kepada penikmatnya. (*)