(pelitaekspres.com) –BANDAR LAMPUNG – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tari Universitas Lampung (UNILA)- Angkatan 2022 menampilkan karya koreografi lingkungan berjudul “SiOpal” sebagai bagian dari ujian akhir semester mata kuliah Koreografi Lingkungan. Pertunjukan ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Juni 2025 dan bertempat di Terminal Rajabasa Tipe C, Bandar Lampung.
Karya ini berada di bawah bimbingan tiga dosen pengampu mata kuliah, yaitu Goesthy Ayu Mariana Devi Lestari, S.Sn., M.Sn., Nabilla Kurnia Adzan, S.Pd., M.Pd., dan Lora Gustia Ningsih, S.Sn., M.Sn., serta digarap oleh empat mahasiswa: Rini Kusmita Sari, Ranti, Laora Septaliana, dan Wiwit Darmayanti.
Karya “SiOpal” mengangkat realitas sosial ojek pangkalan (Opal) yang bertahan di tengah perubahan besar dalam sistem transportasi, khususnya akibat maraknya ojek daring. Karya ini menyoroti bagaimana aktivitas sederhana para tukang ojek menunggu penumpang, mengelap motor, berbincang santai, hingga memanggil penumpang menyimpan narasi perjuangan hidup dan ketahanan sosial di ruang-ruang kota.
Pemilihan Terminal Rajabasa Tipe C sebagai lokasi pertunjukan bukan tanpa alasan. Terminal ini merupakan salah satu titik nyata keberadaan Opal di Bandar Lampung, tempat mereka berkumpul dan bekerja sehari-hari. Dengan menjadikan ruang ini sebagai panggung, karya menjadi lebih menyatu dengan konteks sosial yang diangkat, serta menciptakan kedekatan emosional antara penonton dan subjek yang diangkat dalam pertunjukan.
Konsep koreografi ini dibangun dari hasil riset langsung yang dilakukan oleh para koreografer terhadap para tukang ojek pangkalan dan ojek daring, serta pengamatan langsung di Terminal Rajabasa.
Gerakan-gerakan yang dihadirkan merupakan eksplorasi dari aktivitas keseharian para tukang ojek, seperti mengelap motor, men-starter kendaraan, melirik kendaraan yang melintas, hingga isyarat tangan memanggil penumpang. Gestur-gestur tersebut diolah menjadi struktur gerak yang jujur, tidak dilebih-lebihkan, namun tetap menyampaikan kekuatan dan makna dari keseharian mereka.
Struktur karya terbagi dalam beberapa bagian, menggambarkan dinamika kehidupan Opal: dari rutinitas harian, tantangan akibat persaingan dengan ojek daring, hingga solidaritas antar pengojek yang terus menjaga eksistensi mereka di tengah kota yang berubah. Penekanan pada kesederhanaan menjadi kekuatan utama karya ini, di mana tubuh, ruang, dan realitas menyatu dalam satu narasi.
Respon masyarakat terhadap karya ini pun sangat positif. Penonton yang hadir menyampaikan bahwa karya ini berhasil membuka mata mereka terhadap realitas sosial yang sering terabaikan. “SiOpal” bukan hanya pertunjukan tari, tetapi juga bentuk suara dari komunitas yang terus bertahan dalam kesunyian, menyampaikan bahwa ketahanan bukan hanya milik mereka yang besar, tetapi juga mereka yang sederhana.
Sebagai penutup, proses penciptaan “SiOpal” dibangun dengan pendekatan riset, empati, dan kolaborasi. Para koreografer tidak hanya menciptakan karya, tetapi juga menghadirkan perwakilan dari kehidupan nyata yang terpinggirkan namun penuh makna. Melalui karya ini, mahasiswa Pendidikan Tari Unila membuktikan bahwa seni dapat menjadi medium reflektif untuk menyampaikan isu-isu sosial yang relevan dan menyentuh.