(pelitaekspress.com) – BANYUMAS – Publikasi Kodim 0701 Banyumas yang sedang menggelar TMMD Reguler 108 di Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, juga mengangkat potensi hasil bumi masyarakat yaitu kapulaga.
Disampaikan Serma Kuswanto, anggota publikasi TMMD Reguler Kodim Banyumas, pemberitaan terkait pembangunan di Petahunan tak melulu gotong royong masyarakat dengan TNI-Polri dan dinas terkait dalam membangun infrastruktur umum berupa rabat beton sepanjang 1,8 kilo meter lebar 3,75 meter serta pembangunan talud, gorong-gorong dan jembatan, namun seluruh potensi desa dan masyarakatnya.
“Dengan bantuan rekan media, kita coba angkat potensi hasil bumi masyarakat Petahunan agar dikenal umum barangkali datang investor disana sehingga membuka lapangan pekerjaan baru demi kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya, Jumat (19/6/2020).
Tampak Kuswanto bersama anggota Koramil 15 Pekuncen, sedang menggali informasi terkait kapulaga kepada Tasirah (64), petani dan pedagang kapulaga asal Petahunan RT/RW. 02. Bagi Bati Tuud Koramil 22 Karangluas ini, kapulaga merupakan tambahan wawasan baru.
Sementara Tasirah mengaku, sekali panen rentang waktunya adalah 40-60 hari dengan hasil ratusan kilogram.
Harga kapulaga basah adalah Rp. 35 ribu/kilogram, sedangkan jika kering mencapai Rp. 240 ribu/kilogramnya.
5 kilogram buah kapulaga basah jika dijemur dan menjadi kering akan menjadi 1 kilogram atau perbandingan 5 : 1. Dirinya menjualnya kepada tengkulak lokal dengan harga tersebut per kilogramnya.
Dengan publikasi itu, Tasirah mengucapkan terima kasih. Pun dengan pembangunan akses beton TMMD yang merubah jalan setapak menjadi JUT (Jalan Usaha Tani) menuju perkebunan dan persawahan warga, jelas akan memudahkan para petani dalam mengangkut hasil panen sekaligus memangkas ongkos pikul.
“Seneng jalane lagi di cor TNI dan masyarakat. Mendet panen kapulaga di ladang dadi gampil lan mengkeh saget mbeto motor,” ungkapnya (Senang jalannya sedang dicor TNI dan masyarakat. Mengambil panen kapulaga di ladang menjadi gampang dan nanti bisa memakai motor – red).
Untuk diketahui, kapulaga adalah tiga rempah-rempah termahal di dunia setelah saffron dan vanilla. Untuk penghasil terbesarnya adalah di Guatemala dan India. Namun saat ini negara seperti Sri Lanka dan Indonesia juga membudidayakannya karena pabrik jamu tradisional menjadi konsumen utama sebagai campuran produknya.
Tanaman ini sangat subur di ketinggian antara 200-1.000 mdpl dan di bawah tanaman yang rindang, sehingga di Desa Petahunan yang memiliki ketinggian 420 mdpl, tanaman yang membentuk rumpun jahe dengan tinggi 2-3 meter ini juga tumbuh subur di hutan-hutan adat milik masyarakat setempat.
Sebagian masyarakat juga membudidayakannya dengan menggarap tanah di bawah hutan pinus milik Perhutani Banyumas Barat.
Umur tanaman ini antara 10-15 tahun, dengan panen 4 kali/setahun. Selain kering, petani dapat langsung menjualnya kepada tengkulak. Penjemuran dilakukan selama 5-10 hari, hingga kadar air kapulaga mencapai 15-20 persen. (Aan)