Prof. Sutopo memulai perjalanan penelitiannya sejak tahun 2003. Hingga kini, beliau terus konsisten mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal-jurnal internasional yang bereputasi, sehingga mendapatkan banyak sitasi dari peneliti lain.
“Publikasi yang saya hasilkan harus dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional yang memiliki readership besar, sehingga dapat disitasi oleh banyak peneliti,” ungkap Prof. Sutopo saat diiwawancara pada Selasa 24 September 2024
Dari seluruh Sumatera, hanya beberapa peneliti yang berhasil mencapai prestasi ini, dan beliau adalah satu-satunya perwakilan dari Unila.
Perjuangan Prof. Sutopo untuk mencapai penghargaan ini tidaklah mudah. Beliau harus menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah biaya publikasi ilmiah yang sangat tinggi. Untuk menerbitkan artikel di jurnal bereputasi, seorang peneliti harus menyiapkan biaya hingga puluhan juta rupiah.
“Ada jurnal yang memungut biaya hingga 30 juta rupiah atau lebih, sementara untuk jurnal dengan kualitas lebih rendah, biayanya bisa mencapai 6 hingga 20 juta rupiah,” jelasnya.
Meski demikian, Prof. Sutopo dan timnya juga berhasil menerbitkan artikel di jurnal yang tidak berbayar, walaupun prosesnya lebih sulit karena memerlukan data yang solid dan memiliki nilai kebaruan tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Prof. Sutopo menunjukkan produktivitas yang tinggi. Pada tahun 2020, beliau menerbitkan 21 artikel, meningkat menjadi 28 artikel pada tahun 2021, dan hingga tahun 2024 ini sudah ada 23 artikel yang diterbitkan, dengan beberapa lagi yang akan segera menyusul. “Konsistensi ini membutuhkan kerja keras, baik dari segi tenaga maupun pikiran,” tambahnya.
Prof. Sutopo juga berbagi tips untuk mahasiswa yang ingin mengikuti jejaknya. “Untuk mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, penting untuk rajin membaca jurnal dan mencari referensi yang relevan. Jika memungkinkan, bergabunglah dengan proyek penelitian dosen pembimbing. Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris juga sangat penting karena sebagian besar publikasi ilmiah menggunakan bahasa Inggris,” sarannya.
Ia juga menjelaskan bahwa jurnal internasional memiliki kategori kuartil yang berbeda, dari Q1 hingga Q4, dengan Q1 sebagai yang paling sulit ditembus. “Saya juga memulai dari Q3 dan Q4, baru kemudian beralih ke Q1 dan Q2 setelah pengalaman bertambah,” ungkapnya.
Dengan penghargaan yang diterima, Prof. Sutopo berharap lebih banyak lagi peneliti dari Unila yang dapat mengikuti jejaknya. “Ini penting agar Unila semakin dikenal secara global,” ujarnya. Lebih lanjut, ia juga berharap agar kampus dan lembaga-lembaga penelitian memberikan dukungan lebih bagi para peneliti, baik dari segi fasilitas maupun pendanaan, agar semakin banyak peneliti Indonesia khususnya Universitas Lampung yang mampu bersaing di kancah internasional.
Pencapaian Prof. Sutopo ini menjadi bukti bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan dukungan yang tepat, peneliti Indonesia mampu bersaing di tingkat global. Semoga kisah inspiratif dari Prof. Sutopo ini dapat memotivasi lebih banyak akademisi dan mahasiswa untuk terus berkarya dan mengharumkan nama bangsa. [red]