Penulis :Dr. dr. Endang Budiati,M.Kes (Dosen Magister Kesehatan Masyarakat UMITRA) Hikmawati Amd.Keb,SKM (Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat  UMITRA)

(pelitaekspres.com) –BANDARLAMPUNG-

A.Pendahuluan

Endometriosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan keberadaan jaringan endometrium tumbuh di luar dinding rahim. Pada kondisi ini, endometrium dapat tumbuh di indung telur , lapisan dalam perut , usus, vagina, atau saluran kemih.Diperkirakan  sekitar 10% wanita usia reproduktif menderita endometriosis, atau secara kasar dapat diperkirakan terdapat 190 juta wanita usia reproduktif yang menderita endometriosis di seluruh dunia berdasarkan data populasi wanita usia reproduktif di dunia dari World Health Organization (WHO) tahun 2021.Meskipun endometriosis bukanlah suatu penyakit yang mengancam hidup seseorang namun endometriosis diketahui dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Endometriosis tidak saja dapat menimbulkan rasa nyeri tetapi juga secara tidak langsung mengganggu fungsi psikologis dan sosial pasien.Endometriosis diketahui menimbulkan dampak atau gangguan baik secara fisik ataupun emosional. Secara fisik, endometriosis menimbulkan rasa nyeri yang berakibat terhadap penurunan aktivitas sehari-hari ataupun aktivitas kerja pasien. Secara psikologis, endometriosis dan gejala-gejala yang menyertainya mampu menimbulkan depresi, anxietas, dan perasaan tidak pasti, yang selanjutnya dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mengendalikan hidupnya. Gejala-gejala yang muncul pada wanita penderita endometriosis seringkali berdampak buruk terhadap psikososial pasien dan menurunkan kualitas hidup pasien penderita endometriosis. Rasa nyeri, terutama dysmenorrhea, seringkali menjadi faktor penghambat aktivitas wanita penderita endometriosis. Mereka yang menderita endometriosis, bila tidak mendapat pengobatan nyeri dengan baik, setiap bulannya akan mengalami rasa nyeri saat periode haid tiba. Terkadang, rasa nyeri yang muncul membuat seorang wanita tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja ataupun sekolah, dengan maksimal. Beberapa di antara mereka biasanya memilih untuk tidak masuk kerja atau tidak masuk sekolah karena dysmenorrhea. Menurunnya produktivitas wanita karena nyeri terkait endometriosis berdampak terhadap kemajuan karier ataupun pendidikan seorang wanita. Secara tidak langsung endometriosis dapat menurunkan kualitas hidup seorang wanita. Dyspareunia terkait endometriosis juga diketahui mengakibatkan penurunan kualitas hubungan wanita penderita endometriosis dengan pasangannya. Penurunan libido dan kurangnya intensitas berhubungan dengan pasangan karena dyspareunia terkait endometriosis tidak jarang menjadi pemicu keributan dalam rumah tangga bahkan perceraian. Bahkan masalah infertilitas terkait endometriosis diketahui telah menimbulkan gangguan psikologis bagi pasien, gangguan hubungan rumah tangga, dan penurunan produktivitas pasien karena dampak psikologis yang ditimbulkan.

B.Faktor risiko

Faktor risiko endometriosis berdasarkan kelompok usia tertentu.

1.Kelompok usia janin – anak :

a.Paparan diethylstilbestrol (DES)

b.Berat badan lahir rendah

c.Kehamilan lewat waktu

d.Menarche yang terlalu dini

2.Kelompok usia remaja – dewasa :

a.Siklus menstruasi yang pendek

b.Indeks massa tubuh yang rendah

c.Rasio pinggang-pinggul yang rendah

d.Paritas yang rendah

e.Racun lingkungan

f.Kerja larut malam

g.Merokok

C.Gejala Klinis

1.Gejala lokal (panggul) :

a.Nyeri hebat di perut bagian bawah dan sekitar panggul, terutama saat menstruasi

b.Kram perut selama beberapa hari sebelum dan selama menstruasi

c.Volume darah yang berlebihan saat menstruasi

d.Sakit di punggung bagian bawah selama menstruasi

e.Perdarahan di luar siklus menstruasi

f.Dispareunia atau nyeri saat atau setelah berhubungan seksual

g.Sulit hamil

2.Gejala penyerta :

a.Sakit saat buang air besar atau buang air kecil

b.Diare, kembung, mual, sembelit, dan mudah lelah selama menstruasi

D.Diagnosa Endometriosis

1.Diagnosis endometriosis berdasarkan anamnesa pasien yaitu mengenai gejala serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga,pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan panggul, pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan panggul bertujuan untuk mendeteksi kelainan pada organ reproduksi wanita terdiri dari Inspeksi vagina dan Pemeriksaan bimanual.

2.Beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:

a.USG, untuk melihat kondisi rahim, salah satunya dengan memasukkan alat ke dalam vagina (USG   

      transvaginal)

b.MRI, untuk melihat secara lebih jelas kondisi organ dan jaringan dalam tubuh

c.Laparoskopi, untuk melihat bagian dalam perut pasien sehingga dokter dapat mendeteksi

keberadaan endometrium yang tumbuh di luar rahim

d.Biopsi, untuk mengambil sampel jaringan dalam rahim untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium

E.Klasifikasi Endometriosis

American Society of Reproductive Medicine (ASRM) membagi endometriosis menjadi 4 derajat keparahan berdasarkan lokasi, luas, kedalaman implantasi dari sel endometriosis, adanya perlengketan, dan ukuran endometrioma ovarium, yaitu menjadi minimal, ringan, sedang, dan berat.

1.Endometriosis minimal
Adanya jaringan endometrium yang kecil dan dangkal muncul di indung telur atau ovarium. Selain itu,

peradangan juga terjadi di sekitar rongga panggul.

2.Endometriosis ringan
Adanya  jaringan endometrium yang kecil dan dangkal di indung telur dan dinding panggul.

3.Endometriosis menengah
Adanya beberapa jaringan endometrium yang cukup dalam di indung telur.

4.Endometriosis berat
Adanya jaringan endometrium yang dalam di indung telur, dinding panggul, saluran indung telur, dan

usus.

F.Komplikasi Endometriosis

Jika tidak ditangani, endometriosis dapat  menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:

1.Gangguan Kesuburan atau Infertilitas

Komplikasi utama yang dapat timbul akibat endometriosis adalah gangguan kesuburan. Hal ini terjadi karena endometriosis dapat menutup tuba falopi sehingga menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, penyakit ini bahkan dapat merusak sel telur dan sperma.Sepertiga sampai setengah penderita endometriosis diketahui menderita gangguan kesuburan. Meski demikian, wanita dengan endometriosis ringan sampai sedang masih berpeluang untuk hamil. Oleh sebab itu, dokter akan menyarankan untuk tidak menunda memiliki anak sebelum endometriosis makin serius.

2.Kanker Ovarium

Meski sangat jarang terjadi, wanita dengan riwayat endometriosis berisiko terserang kanker ovarium. Selain kanker ovarium, wanita yang menderita endometriosis juga berisiko terserang kanker endometrium.

3.Perlengketan atau Adhesi

Pada kondisi ini, jaringan endometriosis membuat sejumlah organ tubuh saling menempel, misalnya kandung kemih dan usus yang melekat ke rahim.

4.Kista Ovarium

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh di ovarium. Kondisi ini terjadi bila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat ovarium. Pada sejumlah kasus, kista dapat membesar dan menimbulkan nyeri parah.

G.Pengobatan Endometriosis

Pengelolaan endometriosis didasarkan pada permasalahan besar yang ditimbukan endometriosis terhadap kualitas hidup seorang wanita, yaitu:

1.Rasa nyeri

2.Infertilitas

  1. Pengobatan rasa nyeri akibat endometriosis

Rasa nyeri yang timbul terkait dengan endometriosis (dysmenorrhea, dysuria, dyspareunia, nyeri

panggul nonhaid) dapat dikurangi dengan pemberian terapi berupa: A) penggunaan analgesik; B)

terapi hormonal; C) pembedahan untuk eksisi lesi endometriosis.

Pengobatan endometriosis bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat pertumbuhan

jaringan endometrium di luar rahim, meningkatkan kesuburan, dan mencegah endometriosis

kambuh.Metode pengobatan endometriosis akan dilakukan berdasarkan usia, tingkat

keparahan gejala dan penyakit, serta keinginan pasien untuk memiliki anak atau tidak.

Beberapa metode pengobatannya adalah dengan pemberian obat-obatan untuk meredakan

nyeri, terapi hormon untuk menghambat pertumbuhan jaringan, dan operasi untuk mengatasi

endometriosis yang tidak membaik dengan metode pengobatan lain.

a.Penggunaan analgesic (Pereda nyeri )

Bertujuan  untuk meredakan nyeri akibat endometriosis. Obat yang dapat diberikan adalah

obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac atau ibuprofen.

  b.Terapi Hormonal

Bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan jaringan endometriosis, dengan membatasi atau

menghentikan produksi hormon estrogen.Tetapi terapi hormon tidak dapat meningkatkan kesuburan

dan mencegah komplikasi seperti adhesi atau perlengketan. Beberapa terapi hormon yang

digunakan untuk mengobati endometriosis adalah:

1.Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, KB implan, KB suntik, atau spiral (IUD), untuk menghambat

proses penebalan jaringan endometrium dan meredakan nyeri

2.Obat untuk menurunkan kadar estrogen, seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane

  1. Analog hormon pelepas gonadotropin (Gn-RH), seperti goserelin, untuk memicu kondisi yang

menyerupai menopause dengan menghambat produksi hormon

4.Progestogen, seperti norethisterone, untuk mencegah proses ovulasi, yaitu keluarnya sel telur dari

ovarium ke tuba falopi, sehingga memicu penyusutan endometriosis

5.Danazol, untuk menurunkan produksi hormon yang dihasilkan indung telur, yaitu estrogen dan

progesteron, sehingga mewujudkan kondisi serupa menopause

c.Operasi

Operasi dilakukan bila metode di atas sudah tidak efektif dalam mengobati endometriosis. Operasi bertujuan untuk mengangkat jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim. Selain itu, operasi juga dapat meningkatkan kesuburan pasien.

Jenis  operasi untuk mengatasi endometriosis adalah:

1.Laparoskopi
Pada pasien yang masih ingin memiliki keturunan tetapi merasakan nyeri parah, dapat dilakukan

laparoskopi atau operasi lubang kunci.Tujuan laparoskopi adalah mengangkat jaringan endometriosis

dan membakar jaringan tersebut menggunakan laser atau arus listrik.

2.Laparotomi
Laparotomi dilakukan bila endometriosis sudah sangat parah dan ukurannya cukup besar. Tujuan

laparatomi  untuk mengakses organ yang terkena dan mengangkat jaringan endometriosis.

3.Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, leher rahim (serviks), dan kedua ovarium.

Histerektomi dapat memicu menopause dini dan menyebabkan pasien tidak bisa hamil lagi. Oleh

sebab itu, prosedur ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir.

2.Tata Laksana Infertilitas Terkait Endometriosis

a.Terapi hormonal

Terapi hormonal tidak direkomendasikan pada kasus endometriosis pada wanita yang merencanakan kehamilan, kecuali bagi yang memutuskan untuk tidak segera hamil.

b.Pembedahan

Fertilisasi in vitro (FIV) dan Inseminasi Buatan

Tindakan ini merupakan teknik yang tepat pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis, terutama jika terdapat gangguan fungsi tuba, faktor infertilitas pria, skor endometriosis fertility index (EFI) rendah, dan/atau refractory terhadap pengobatan lain. Infertilitas dengan endometriosis tingkat I/II atau tingkat III/IV dengan tuba paten, dapat diatasi dengan inseminasi buatan (intrauterine insemination/IUI) yang dikombinasikan dengan terapi obat untuk stimulasi ovarium .

H.Pencegahan Endometriosis

Endometriosis sulit dicegah, karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya endometriosis dan dapat  meningkatan kualitas hidup , yaitu:

a.Pencegahan primer dengan promotif dan preventif melalui  pola hidup bersih dan sehat yaitu :

  1. Makan teratur 4 sehat 5 sempurna dengan gizi seimbang

2.Berolahraga secara rutin, minimal 30 menit setiap hari

3.Menjaga berat badan agar tetap ideal

4.Menurunkan berat badan bila mengalami obesitas

5.Mengurangi konsumsi alkohol secara berlebihan

6.Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan

  1. Berhenti merokok

8.Tidur teratur 6 jam pada malam hari

9.Berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang tepat

  1. Kendalikan stress

b.Pencegahan sekunder dengan jalan  deteksi dini dan pengobatan segera

Endometriosis bukanlah penyakit yang mudah untuk didiagnosis. Dengan gejala yang sering dikeluhkan pasien berupa nyeri dan dianggap sebagai nyeri biasa. Diagnosis dari endometriosis dapat dilakukan di pelayanan kesehatan primer ( puskesmas dan jaringannya). Para ahli merekomendasikan deteksi dini endometriosis, yaitu dengan uji diagnostik empirik. Pasien yang datang dengan keluhan nyeri haid akan mendapatkan OAINS juga KIE sebagai uji diagnostik empirik selama 3 bulan. Apabila keluhan tidak membaik, maka pasien perlu dirujuk ke pelayanan sekunder  untuk pemeriksaan dan penanganan selanjutnya.

  1. Pencegahan tersier

Rehabilitasi untuk pasien yang mendapatkan pengobatan lanjutan akibat komplikasi dari Endometriosis

Daftar Pustaka :

1.Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked(OG), MKM, Sp. OG(K), FICS, dr. Timothy Adiwinata, Tata laksana terkini endometriosis,Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi ,Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik,Medan,Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia,Medan,Klinik IVF Halim Fertility Center, RSIA Stella Maris,Medan, Desember 2021

2.Dr. Tono Djuwantono, dr., Sp.OG(K), M.Kes, Manjemen Endometriosis untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita Penderita Endometriosis, Departemen Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung,2015

3.Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Konsensus tata laksana nyeri endometriosis , revisi pertama, 2017