Musa Rumpedai, Pemerhati dan Pecinta Kegiatan Penangkaran Penyu Meninggal Dunia.

(pelitaekspres.com) -YAPEN – Kabar duka datang dari seorang pemerhati dan pecinta Penyu. Salah satu pemerhati dan pecinta Penyu Indonesia Musa Rumpedai meninggal dunia. Musa Rumpedai menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Anak Kandungnya Manuel Rumpedai pada hari Rabu tanggal 17 November 2021 Pukul 20.00/ 08.00 malam di Kampung Wabo, Distrik Yapen Timur Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua, dalam usia 81 tahun, 8 bulan, 12 hari, Minggu (21/11/21).

Musa merupakan salah satu pemerhati dan pecinta kegiatan penangkaran Penyu yang dilakukan sudah beberapa tahun. Diketahui Bapak, tete, oya, orang tua, Musa Rumpedai yang dikenal dengan panggilan adat Marawai III dari Suku Wabo ini adalah penerima Kalpataru dari Presiden.

Piagam Penghargaan oleh Presiden Republik Indonesia, sebagai pecinta Lingkungan kelompok penyelamat Penyu di Mabes Desobis yang dilakukan dipesisir Pantai Inggrisau sebelah timur utara Kampung Aisau, Distrik Raimbawi Kabupaten Kepulauan Yapen Papua.

Penyu di Pantai Inggrisau merupakan binatang yang sakral bagi masyarakat Suku Wabo, selain itu, di wilayah sekitar Inggrisau terdapat Batu Sejarah (Tempat Keramat) yang dikenal dengan nama IMBEURI, merupakan jelmaan dari nenek moyang masyarakat Suku Wabo yang dibawa ke laut oleh induk Penyu Belimbing.

Bapak, tete, oya, orang tua, Marawai III Musa Rumpedai, meninggal karena sakit selama kurang lebih tiga minggu di Posko (dusun) Pantai Inggrisau. Kabar sakit diterima keluarga di Kampung Wabo, sehingga keluarga bergegas menuju lokasi Pantai Inggrisau untuk menjemputnya pulang ke Kampung Wabo guna berobat.

Setelah menjalani perawatan secara tradisional oleh keluarga selama kurang lebih seminggu, namun perawatan yang dilakukan keluarga kemudian tak menolong dan akhirnya pegiat kegiatan penangkaran Penyu ini menghembuskan nafas pada Rabu malam.

Pemerhati dan pecinta kegiatan penangkaran Penyu, Musa Rumpedai, lahir di Wamyopi tanggal 05 Maret dan merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara, Marawai III, Musa Rumpedai, menikah dan dikaruniai anak sebanyak 9 orang, 47 orang cucu, 21 orang cece, dan 10 orang cicit.

Marawai III Musa Rumpedai, yang dikenal dengan sapaan tete Desobis ini merupakan alumni Sekolah Rakyat di kampung Korombobi sekitar tahun 1951 hingga tamat pada tahun 1954.

Oya Marawai III, Musa Rumpedai pernah bekerja di Dinas Kesehatan dan diberikan penghargaan sebagai Mantri Penanggulangan Penyakit Malaria dan diberi penghargaan oleh Pemerintah Kampung Korombobi sebagai anggota Keamanan di Kampung sebagai Hansip.

Tahun 2012 tepat pada tanggal 22 Oktober, Musa Rumpedai, menerima Piagam Penghargaan dari Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Pada suatu even, pemberian penghargaan “Penyelamatan Penyu”. Acara tersebut, di hadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Piagam Penghargaan untuk Dedikasi dan Komitmen Penyelamatan Penyu di Pantai Inggrisau Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua.

Sederet penghargaan yang diterima tete Musa antara lain, Sertifikat penghargaan dari WWF, Trofi penghargaan dari Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012, Trofi Penghargaan KICK ANDY Hero Tahun 2013, dan Trofi Penghargaan Kalpataru 2013 langsung dari Presiden Republik Indonesia.

Angin bertiup kemana akan pergi seperti uap kelihatan lalu hilang lenyap, tak tahu kemana lagi kan lenyap. Seperti bunga berkembang lalu lesut dan layu. Selamat jalan Pemerhati dan pecinta kegiatan penangkaran Penyu, Bapak, tete, oya, orang tua, Marawai III Musa Rumpedai, (Ed.Zack).

Tinggalkan Balasan