(pelitaekspres.com) -BANDARLAMPUNG- Youth Unity Eco Summit (YUES) 2024 hadir sebagai platform bagi generasi muda untuk belajar, berdialog, dan bertindak nyata dalam menjaga lingkungan. Dengan mengusung tema “Jaga Lingkungan Lewat Iman,” YUES 2024 mengajak peserta dari berbagai latar belakang agama untuk menggali bagaimana nilai-nilai keimanan dapat menjadi inspirasi dalam upaya pelestarian alam. Program ini menggabungkan sesi online dan offline yang dirancang untuk memberikan pengalaman bermakna bagi para peserta (2/9/2024).

Program YUES 2024 dimulai dengan Launching Program Youth Unity Eco Summit yang diselenggarakan pada Sabtu, 27 Juli 2024, di Nutrihub Lampung. Acara ini menjadi tonggak awal perjalanan para peserta dalam program yang bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya kolaborasi lintas agama dalam menjaga lingkungan. “Kami ingin menciptakan ruang bagi para pemuda dari berbagai agama untuk belajar bersama, berkolaborasi, dan saling menginspirasi dalam menjaga bumi yang kita tinggali bersama,” kata Dicky Dwi Alfandy, Sustainability Director Gajahlah Kebersihan, dalam sambutannya.

Agenda berikutnya adalah sesi Onboarding Peserta dan Pengenalan Peacebuilding yang diadakan secara online pada Sabtu, 17 Agustus 2024. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk mendalami konsep peacebuilding, mengenali akar konflik dan intoleransi agama, serta mempelajari strategi membangun perdamaian. “Kami ingin membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan untuk berinteraksi secara harmonis dengan sesama peserta dari berbagai agama, sambil menghargai perbedaan sebagai kekuatan dalam menjaga harmoni alam,” jelas Devan, salah satu fasilitator YUES.

Pada Sabtu, 24 Agustus 2024, para peserta kembali mengikuti sesi online yang membahas Isu Lingkungan dan Pentingnya Upaya Kolektif. Sesi ini menyoroti berbagai masalah lingkungan yang mendesak, seperti perubahan iklim, krisis air, deforestasi, dan polusi. Para peserta diajak untuk memahami dampak dari isu-isu ini serta mencari solusi bersama. “Diskusi ini bertujuan agar para peserta menyadari bahwa setiap tindakan, baik secara individu maupun kolektif, dapat membawa perubahan besar bagi lingkungan kita,” ujar Faren Audrey, peserta dari agama Kristen.

Masih di hari yang sama, peserta mendalami Konsep Ekoteologi. Sesi ini membahas hubungan antara manusia dan alam dari sudut pandang spiritual dan agama. Nilai-nilai seperti kasih sayang, kesederhanaan, dan rasa syukur terhadap alam menjadi fokus utama dalam diskusi ini. “Ekoteologi mengajarkan kita untuk melihat alam bukan hanya sebagai sumber daya, tetapi sebagai ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dihargai,” ungkap Indah Elisabeth, peserta dari agama Katolik.

Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah sesi offline pada Sabtu, 31 Agustus 2024, yang diadakan di Lembah Suhita. Sesi pertama adalah Dialog Alam Lintas Iman, di mana peserta dari berbagai agama berbagi narasi dan praktik keagamaan yang relevan dengan pelestarian lingkungan. Agung, narasumber dari agama Hindu, menyampaikan pentingnya menjaga bumi sebagai bagian dari kewajiban keagamaan.

“Dalam ajaran Hindu, bumi adalah ibu kita dan kita adalah anak-anaknya. Sudah sepatutnya kita menjaga bumi dengan penuh kasih sayang,” kata Agung.

Setelah sesi dialog, peserta diajak untuk Terhubung Dengan Alam melalui kegiatan outdoor yang menekankan pada koneksi spiritual dengan alam. Devan, fasilitator dari agama Islam, mengajak peserta untuk duduk di tepi sungai, mendengarkan aliran air sambil melakukan zikir sebagai tanda syukur atas keindahan dan nikmat yang diberikan Tuhan. “Kegiatan ini sangat berkesan karena kami benar-benar merasakan keajaiban alam dan bagaimana kita seharusnya menjaganya dengan penuh kesadaran dan rasa syukur,” ujar Devan.

Sebagai penutup dari seluruh rangkaian program YUES 2024, para peserta bersama dengan kelompok agama masing-masing akan menginisiasi sebuah Gerakan Ekoteologi. Gerakan ini bertujuan untuk menyebarkan pandangan ekoteologi di komunitas agama masing-masing, dengan harapan dapat mendorong lebih banyak umat beragama untuk peduli dan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.

“Gerakan ini adalah langkah nyata kami untuk memastikan bahwa pesan-pesan ekoteologi yang kami pelajari tidak hanya berhenti di sini, tetapi terus berkembang dan memberikan dampak positif di tengah masyarakat,” jelas Indah Elisabeth.(Red)

Tinggalkan Balasan