Habibi Idham: Jalan 1000 Meter di Keude Keumuneng Seolah Dilupakan

(pelitaekspres.com)  -ACEH TIMUR – Kondisi jalan penghubung antara Idi dan Keude Geureubak, khususnya di kawasan Idi Tunong termasuk Desa Keude Keumuneng, semakin memprihatinkan. Lubang-lubang besar, jalan berbatu, dan debu tebal menjadi pemandangan sehari-hari warga. Sudah bertahun-tahun masyarakat menanti pengaspalan, namun hingga kini tak kunjung terealisasi.

Kerusakan parah terjadi di beberapa titik, seperti di depan Kantor Camat Idi Tunong dan wilayah Desa Keude Keumuneng, Kecamatan Idi Tunong. Ketika hujan, jalan berubah menjadi kubangan; saat kemarau, debu tebal mengganggu aktivitas masyarakat dan membahayakan kesehatan. Kamis (12/06/2025)

Meski sudah berkali-kali diangkat di media, tanggapan dari pemerintah terkesan setengah hati. Penanganan hanya berupa penimbunan sementara yang bertahan paling lama seminggu. Padahal, jalan ini menjadi akses utama warga dalam menjalankan aktivitas harian, termasuk menuju pusat kota Idi dan wilayah Keude Geureubak.

Janji-janji politik juga menjadi sorotan tajam. Salah satu yang paling diingat masyarakat adalah janji kampanye dari Bupati Aceh Timur terpilih yang disampaikan langsung dalam kampanye akbar di Lapangan Idi Tunong. Namun hingga kini, janji tersebut belum terlihat wujudnya, padahal pelantikan bupati telah dilakukan pada 19 Maret 2025 lalu.

“Banyak yang kampanye janji jalan diperbaiki, namun ya begini-begini saja. Kalau semua janji itu terealisasi, mungkin sekarang jalan Idi Tunong sudah jadi jalan tol,” sindir seorang warga pengguna jalan.

Keluhan serupa datang dari kalangan mahasiswa. Habibi Idham, seorang mahasiswa asal Desa Keude Keumuneng, menyampaikan bahwa masyarakat sangat terdampak akibat jalan yang belum diaspal di desanya.

“Jalan di Desa Keude Keumuneng hingga kini belum diaspal. Panjangnya sekitar 1000 meter. Sudah lebih dari empat tahun masyarakat harus berhadapan dengan jalan berbatu, berlubang, dan berdebu,” ungkap Habibi.

Ia menjelaskan bahwa kondisi ini mengganggu aktivitas sehari-hari warga, terutama saat hendak menuju pusat kecamatan atau kota Idi. Ketika musim kemarau, debu sangat mengganggu; dan saat musim hujan, jalan berubah licin dan membahayakan.

Pengendara motor dan mobil bahkan memilih menggunakan jalan kampung yang sempit sebagai alternatif, meski jalan tersebut memiliki banyak polisi tidur dan melintasi area padat seperti sekolah, TPA, dan rumah-rumah warga. Hal ini justru meningkatkan risiko kecelakaan, terutama bagi anak-anak.

“Jalan ini bukan sekadar fasilitas, tapi akses vital. Kalau infrastruktur tak diperhatikan, maka keselamatan dan kenyamanan warga juga dikorbankan,” tegas Habibi.

Masyarakat Keude Keumuneng berharap agar jalan sepanjang 1000 meter yang hingga kini belum diaspal dapat segera menjadi prioritas pembangunan. Mereka menuntut tindakan nyata, bukan sekadar janji atau tambal sulam.

Penulis, oleh Habibi idham , Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Prodi Pengembangan Masyarakat Islam,

Universitas UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Tinggalkan Balasan