Alumnus FP Unila yang akrab disapa Erisca memang memiliki hobi menulis sejak duduk di bangku kelas dua SMP dengan memanfaatkan media SMS untuk membagikan cerita kepada teman-teman terdekat. Hal tersebut menciptakan rasa senang bagi dirinya dan dapat menghibur orang lain.
Sejak saat itu, Erisca mulai menekuni bidang menulis dengan merambah laman Facebook. Melalui laman tersebut Erisca mulai mengunggah cerita Dear Nathan sebagai bentuk pengabadian momen dan kenangan saat ia menempuh pendidikan di bangku SMA.
Ternyata cerita yang ia unggah mendapat respons positif hingga mendapat tawaran penerbit untuk mentransformasikannya menjadi sebuah novel. Kemudian buku tersebut laris dan ramai diminati kalangan pembaca bahkan dialihwahanakan menjadi film. Selain itu, Erisca sedang menulis serial keempat yakni Welcome Nathan.
Awalnya Erisca sangat ingin menekuni jurusan sastra, namun mendapat penolakan dari orang tuanya. Kemudian ia mendapatkan undangan berkuliah pada Program Studi Agroteknologi Unila. Walaupun tidak berhasil kuliah sastra, ia tetep menekuni dunia menulis sebagai sarana rehat dari kesibukan dan penatnya perkuliahan.
Menurutnya, menulis merupakan salah satu jalan mengurai benang kusut di kepala. Di balik kisah suksesnya Erisca dihadapkan pada orang tuanya yang sempat melarang ia menulis karena beranggapan kegiatan itu hanya membuang waktu. Bahkan, laptopnya pernah diambil alih orang tuanya dengan tujuan agar ia berhenti menulis.
Dengan segala upaya, Erisca mencari cara lain menyalurkan hobinya dengan menulis di buku. Biasanya ia menulis di malam hari setelah mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Waktu tidur yang minim, bahkan hanya tiga jam sehari ia lakoni demi menyelesaikan naskah.
Hingga akhirnya orang tua Erisca kehabisan cara untuk menghentikan mimpi besarnya. Erisca meyakini, tidak ada langkah khusus untuk sukses, konsisten merupakan salah satu cara. Menulis akan sulit jika diri tidak memiliki motivasi dan keinginan yang kuat. Selain itu upayakan untuk tidak terlalu perfeksionis saat mulai menciptakan karya.
“Kita harus tahu dulu motivasi menulisnya apa, sehingga jika gagal, tidak memiliki banyak pembaca, dan belum dilirik penerbit, kita tidak menyerah dan tetap terpacu untuk terus menulis. Jangan berekspektasi tinggi pada tulisan awal, biarkan tulisan kita mengalir secara jujur, dan tuangkan keresahan kita,” tutur Erisca. [red]