Di Tengah Banjir dan Ketidakpastian, Harapan Masih Mengalir di Yapen

(pelitaekspres.com) –YAPEN – Air bah datang bukan hanya membawa genangan, tapi juga kecemasan. Pada 2 Juni 2025, delapan kampung di Distrik Angkaisera dan Yawakukat mendadak berubah menjadi lanskap penuh lumpur dan air meluap. Hujan deras tak kunjung henti sejak beberapa hari sebelumnya, dan sungai-sungai yang biasanya tenang tak mampu lagi menahan beban.

Namun di balik musibah itu, ada gerak cepat, ada tangan-tangan yang hadir untuk membantu.

Wakil Bupati Kepulauan Yapen, Roi Palunga, turun langsung bersama tim terpadu—terdiri dari BPBD, Basarnas, Polisi Perairan, dan unsur pemerintah daerah lainnya. Mereka tidak datang hanya untuk meninjau, tapi untuk mendengar, melihat, dan bekerja langsung di lapangan. Di tengah lumpur yang masih basah, para petugas menyisir wilayah, membantu menyalurkan bantuan darurat kepada warga.

“Kami telah menyiapkan makanan bagi warga terdampak, dan akan segera melakukan pendataan agar bantuan lanjutan berupa sembako bisa segera disalurkan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD, Drs. John Muai.

Sekitar 1.000 porsi makanan siap saji disalurkan ke delapan kampung yang terdampak, menjadi simbol perhatian di saat darurat. Meski belum memulihkan semuanya, setidaknya perut warga tidak kosong malam itu. Dan lebih dari itu, mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri.

Di sisi lain, Dinas Sosial tengah mempersiapkan pendataan kerugian materi untuk merancang bantuan berikutnya. Di balik layar, roda birokrasi diputar lebih cepat dari biasanya, demi memastikan warga bisa segera kembali menjalani hidup normal.

Namun, badai belum benar-benar berlalu.

Menurut Muai, wilayah Kepulauan Yapen kini sedang menghadapi periode cuaca ekstrem yang diprediksi berlangsung hingga September 2025. Cuaca tak menentu menjadi ancaman nyata, terlebih bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai dan lereng pegunungan.

“Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada. Jangan membangun permukiman atau infrastruktur di tepi sungai dan perbukitan karena risikonya tinggi,”tegasnya.

Tak hanya imbauan, Muai juga menyerukan kepada para kepala distrik dan kepala kampung untuk mulai melakukan mitigasi bencana secara aktif di tingkat lokal—bukan hanya menunggu bencana, tapi bersiap sebelum ia datang.

Kini, saat air mulai surut, warga mulai kembali membersihkan rumah, menyelamatkan barang-barang, dan menata kembali hidup mereka. Di tengah keterbatasan, mereka kembali menggantungkan harapan pada kerja sama antara alam, manusia, dan pemerintah.

Karena di Kepulauan Yapen, di antara banjir yang melanda, harapan masih mengalir bersama arus — pelan, tapi pasti.

Tinggalkan Balasan