(pelitaekspres.com) –PALEMBANG- Langkah nyata menuju pertanian modern sekaligus ramah lingkungan kembali hadir dari bumi Sriwijaya. Universitas Sriwijaya (Unsri) melalui Fakultas Teknik resmi memperkenalkan inovasi terbaru berupa cultivator listrik pertama yang dikhususkan untuk petani lokal.
Penyerahan perdana alat pertanian tersebut dilakukan di halaman Kantor Wali Kota Prabumulih, Senin (22/9/2025), bertepatan dengan kerja sama bersama PLN melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau CSR.
Wali Kota Prabumulih, H. Arlan, secara langsung menerima penyerahan simbolis dari Wakil Dekan I Fakultas Teknik Unsri, Ir. Irsyadi Yani, S.T., M.Eng., Ph.D. Hadir pula jajaran pejabat daerah, termasuk manajer PLN, Camat Prabumulih Barat, Lurah Payuputat, serta Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat.
Menurut Irsyadi Yani, inovasi ini bukan sekadar hasil riset akademik, melainkan bukti nyata bahwa kampus hadir di tengah masyarakat.
” Melalui konsep Kampus Berdampak, kami ingin memastikan bahwa setiap hasil penelitian dan teknologi dari Unsri bisa dirasakan manfaatnya langsung oleh petani maupun pelaku usaha,” tegasnya.
Alat ini lahir sebagai jawaban atas tantangan global sekaligus mendukung program pemerintah menuju net zero emission pada 2060. Dengan memanfaatkan tenaga listrik, cultivator ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan petani pada bahan bakar fosil yang selama ini dominan digunakan dalam sektor pertanian.
Tim Program Studi Teknik Mesin S1 Unsri menjadi motor utama di balik lahirnya inovasi ini. Mereka merancang dan memproduksi cultivator listrik berukuran 850 x 500 x 750 mm. Dengan ukuran yang tergolong ringkas, alat ini mudah dipindahkan, ringan, serta cocok digunakan di lahan sempit atau medan yang sulit dijangkau traktor berukuran besar
Meski mungil, fungsi alat ini tidak bisa dianggap remeh. Tiga keunggulan utamanya meliputi :
1. Membajak tanah – Rotary blade mampu mengolah tanah halus hingga kedalaman ±15 cm.
2. Membuat saluran air – Ditcher blade memudahkan petani membentuk saluran air selebar 10–20 cm.
3. Menyiangi gulma – Weeding wheel membantu membersihkan gulma lebih cepat tanpa tenaga manual berlebih.
Dari sisi penggunaan, sistem operasional cultivator ini terbilang sederhana. Petani cukup menyalakan kunci kontak hingga monitor baterai menyala, lalu mengatur throttle untuk menggerakkan motor listrik. Tenaga motor akan disalurkan ke gear reducer yang kemudian memutar bilah sesuai pilihan persneling.
Menariknya, ke depan baterai cultivator ini bisa diintegrasikan dengan panel surya sehingga lebih hemat energi sekaligus memperkuat predikatnya sebagai teknologi ramah lingkungan.
Sejauh ini, cultivator listrik skala kecil semacam ini belum pernah diproduksi massal di Indonesia. Hal tersebut membuka peluang besar untuk menjadi solusi mekanisasi pertanian modern, terutama di daerah yang masih mengandalkan alat tradisional seperti cangkul atau bajak sapi.
“Inovasi ini sangat membantu petani, terutama dalam menghemat waktu dan tenaga. Selain lebih efisien, penggunaannya juga lebih ramah lingkungan,” ujarnya usai menerima alat tersebut.
Penyerahan ini sekaligus menegaskan peran Unsri sebagai perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH) yang tidak hanya mencetak lulusan berkualitas, tetapi juga menghadirkan teknologi tepat guna bagi masyarakat.
Rektor Unsri sebelumnya telah menegaskan bahwa arah riset dan pengabdian kampus harus berorientasi pada dampak nyata. Hal ini pula yang mendorong Fakultas Teknik untuk menghadirkan cultivator listrik sebagai solusi langsung di lapangan.
Bagi para petani, alat ini diharapkan mampu menjadi “teman kerja” baru yang praktis, murah operasional, dan berkelanjutan. Sementara bagi pemerintah daerah, inovasi ini bisa menjadi penopang strategi pembangunan sektor pertanian yang lebih modern dan berdaya saing tinggi. (dkd)