Tenun IKZARA Resmi Diluncurkan, Semarakkan HUT ke-26 Kabupaten Morowali

(pelitaekspres.com) –MOROWALI- Malam perayaan Hari Ulang Tahun ke-26 Kabupaten Morowali tahun ini terasa berbeda. Di antara gemerlap cahaya panggung dan riuh sukacita warga, sebuah karya seni baru diperkenalkan—kain tenun IKZARA KONA’ENGKE dan IKZARA KULURI, dua motif yang lahir dari perjalanan panjang riset arkeologi, perenungan budaya, dan cinta yang diam-diam tumbuh dalam sebuah proses kreatif.

Kain tenun IKZARA tidak muncul secara tiba-tiba. Ia tumbuh dari keinginan sederhana para ibu-ibu PKK Morowali: menghadirkan identitas budaya baru yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga sarat makna dan sejarah. Keinginan itu kemudian dirawat oleh Ketua TP PKK Morowali, Hj. Darmayanti Iksan, yang membuka pintu kolaborasi dengan para peneliti Gua Topogaro—situs prasejarah yang sejak lama menjadi saksi perjalanan manusia di Morowali.

Peluncuran IKZARA diawali dengan pemaparan ilmiah dari para arkeolog Indonesia dan Jepang yang selama ini meneliti Gua Topogaro. Garis-garis gelombang yang menghiasi gerabah kuno di gua tersebut menjadi inspirasi utama motif tenun IKZARA. Bentuknya—gelombang yang saling mengait—menyimpan pesan tentang kehidupan, kebersamaan, dan kesinambungan.

Motif yang sederhana namun mendalam, mengingatkan bahwa peradaban pernah tumbuh dan berdenyut di tanah ini ribuan tahun silam.

Dari temuan itu, lahirlah gagasan untuk menjahit sejarah ke masa kini melalui tenun. Karya ini kemudian digarap serius oleh tim pencetus yang terdiri dari Hj. Darmayanti Iksan, Nursia, Asmunandar, dan Ahmad Azhar. Pembangunan Rumah Tenun di Desa Unsoni juga menjadi langkah penting yang memastikan bahwa motif ini bukan sekadar simbol, tetapi sebuah gerakan pelestarian budaya.

Nama IKZARA sendiri adalah kepingan cerita lain. Ia merupakan gabungan dari tiga nama—Iksan, Azizah, dan Dara—yang mewakili kedekatan emosional keluarga sekaligus simbol kebanggaan daerah. Dua nama motinya pun tak kalah istimewa.

  • KONA’ENGKE, yang dalam bahasa Bungku berarti gagah dan indah, menggambarkan keelokan alam Morowali serta karakter masyarakatnya yang ramah dan terbuka.
  • KULURI, diambil dari burung Nuri yang dulu memenuhi halaman rumah warga Morowali. Kini spesies itu kian langka, dan pengabadian namanya menjadi bentuk kerinduan sekaligus penghormatan.

Proses penamaan ini juga melibatkan putra-putri daerah: Abd. Muttaqin Sonaru, Hj. Suriani, dan Fahra Putri (Lala). Sebuah kolaborasi lintas generasi yang menghadirkan warna baru bagi identitas Morowali.

Tak hanya itu, IKZARA kini telah mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kemenkumham—menegaskan bahwa karya ini lahir dengan orisinalitas dan nilai budaya yang kuat.

Namun, IKZARA bukan sekadar hasil riset atau karya budaya. Di balik tenun yang halus itu, tersimpan sebuah permata batin: sebuah persembahan cinta.

Pada momentum HUT Morowali ke-26, Ketua TP PKK, Hj. Darmayanti Iksan, mempersembahkan tenun IKZARA kepada suaminya, Bupati Morowali Iksan Bahrudin Abdul Rauf. Motif gelombang IKZARA—yang mengait tanpa putus—dipilih sebagai simbol perjalanan hidup pasangan: kekuatan menghadapi tantangan, harmoni dalam rumah tangga, dan kasih sayang yang terus mengalir.

Tenun itu, dengan segala filosofi dan kehangatannya, menjadi doa visual: agar pemimpin daerah ini terus diberi kekuatan dalam memajukan Morowali.

Peluncuran IKZARA KONA’ENGKE dan IKZARA KULURI menjadi tonggak baru bagi seni dan budaya Morowali. Ia bukan hanya karya tekstil, tetapi penanda identitas baru—menghubungkan masa lalu dan masa depan, tradisi dan inovasi, warisan leluhur dan aspirasi modern.

Di tengah semarak perayaan malam itu, IKZARA tampil bukan sebagai kain biasa. Ia hadir sebagai simbol perjalanan panjang daerah ini: gagah seperti Kona’engke, lembut seperti gelombang Topogaro, dan penuh makna sebagaimana cinta yang melahirkannya.

Dengan riset ilmiah yang mendalam, nilai estetika yang kuat, dan cerita-cerita yang mengikatnya, IKZARA kini resmi menjadi representasi baru Morowali, karya yang siap melangkah dari panggung lokal menuju panggung nasional bahkan internasional—membawa nama Morowali dengan anggun di setiap helainya. Rpdm