(pelitaekspres.com) –TANGERANG – Pos kamling di RT 02/04 di Parigi Lama ,Pondok Aren, dipadati ratusan warga yang berkumpul menyambut kedatangan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) bersama jajaran TNI dan Polri dalam peninjauan Siskamling Jaga Tangsel, Jumat malam (12/9/2025) pukul 23.04 WIB.
Kehadiran Dandim 0506/Tangerang Kolonel Inf Ary Sutrisno bersama Kapolres AKBP Victor Daniel Henry Inkiriwang, Sekda Kota Bambang Noertjahyo, Ketua DPRD H Abdul Rasyid, Danramil 07/Pondok Aren Mayor Inf Dwi Saputro, Kapolsek Kompol Anne Rose Agrippina Putri, Camat H Hendra, hingga perangkat RT/RW untuk mendengar langsung paparan Ketua RT 02 Muhidin tentang pola ronda malam yang sudah berjalan, lalu menyerahkan sarana kontak sebagai bentuk dukungan.
Dalam kesempatan itu, Kolonel Ary mengatakan bahwa siskamling tidak boleh dipandang remeh. Menurutnya, ronda malam adalah sistem pertahanan paling dasar yang menentukan aman tidaknya sebuah lingkungan.
“Siskamling bukan rutinitas formalitas. Ia adalah simbol kepedulian dan benteng pertama keamanan. Tanpa keterlibatan warga, aparat sebesar apa pun tidak akan mampu menutup semua celah kerawanan,” ujar Ary.
Ia menambahkan, kehadiran Forkopimda di tengah warga menjadi bukti bahwa pemerintah daerah tidak sekadar memberi instruksi, tetapi ikut menguatkan rasa aman masyarakat.
“Kami ingin warga tahu, mereka tidak sendirian. TNI, Polri, dan pemerintah kota berdiri di belakang mereka. Tapi pondasi utamanya tetap partisipasi warga sendiri,” kata Ary menekankan.
Dandim juga mengingatkan bahwa keamanan kota satelit seperti Tangerang Selatan menghadapi tantangan yang berbeda. Arus urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan mobilitas tinggi memicu kerentanan baru. Karena itu, ia menyebut, keberadaan pos kamling dan ronda malam adalah jawaban paling nyata.
“Semakin besar kota, semakin besar pula risiko gangguan. Justru di titik inilah kebersamaan warga menjadi kunci,” tambahnya.
Senada dengan Dandim, Kapolres Tangerang Selatan AKBP Victor Daniel Henry Inkiriwang menyebut bahwa kolaborasi antara aparat dan masyarakat harus diperkuat. Ia mengingatkan bahwa tindak kriminal kerap lahir dari celah-celah kecil yang bisa dicegah lewat kewaspadaan lingkungan.
“Siskamling adalah instrumen preventif. Jika masyarakat aktif, potensi kejahatan bisa ditekan sebelum membesar,” ucap Victor.
Kegiatan yang berlangsung hingga pukul 23.55 WIB itu berjalan aman dan kondusif. Warga terlihat antusias, sebagian menyebut pos kamling kini bukan lagi sekadar gubuk di sudut jalan, melainkan pusat interaksi sosial.
Namun, di balik suasana guyub itu, tersirat pesan penting. Kembalinya budaya ronda malam di kota modern seperti Tangsel menunjukkan bahwa teknologi pengawasan atau patroli aparat tidak cukup. CCTV, pos polisi, atau operasi rutin tak akan menggantikan kehadiran warga yang berjaga langsung.
Dengan demikian, Siskamling Jaga Tangsel bukan sekadar kegiatan menjaga malam. Ia menjadi simbol solidaritas, pengingat keterbatasan aparat, sekaligus bukti bahwa gotong royong tetap relevan di era urban. Forkopimda boleh hadir, tapi aman tidaknya kota tetap ditentukan oleh kesediaan warganya berjaga bersama.


