Oleh: Dr. Drs. H. Andi Surya, MM., MH.,

Akademisi Universitas Mitra Indonesia (UMITRA)

(pelitaekspres.com) -BANDARLAMPUNG- Hari ini Prabowo dilantik sebagai presiden RI, merupakan hari yang ditunggu-tunggu rakyat Indonesia. Setelah 10 tahun dipimpin oleh Jokowi, dengan berbagai persepsi positif dan negatif masyarakat atas kepemimpinannya. Hari pelantikan Prabowo sebagai presiden, tentu merupakan harapan baru bagi bangsa ini. Harapan yang memberikan ruang bertumbuhnya martabat bangsa yang lebih luas dan sejahtera.

Bersamaan itu pula dilantik wakil presiden, Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemimpin muda, yang secara sosok masih sangat diragukan oleh sebagian komponen masyarakat Indonesia. Gibran, muncul dari sebuah proses demokrasi, yang dianggap sungsang, oleh sebagian penggiat demokrasi, karena cenderung menabrak konstitusi dalam aturan Pilpres, yang diback-up Mahkamah Konstitusi ketika dipimpin pamannya, Anwar Usman.

Beban Besar

Pertanyaannya, apakah Prabowo, pasca dilantik sebagai presiden, mampu memberi harapan baru, yang dicita-citakan UUD 1945, yang senyampang dengan harapan rakyat Indonesia, untuk mendapatkan pemimpin yang pro rakyat, bukan pro oligarki, seperti yang selama ini terkesan melekat dalam diri Jokowi, sebagai presiden dua periode.

Tulisan ini memang tidak terlalu menyinggung peran wakil presiden, Gibran, karena meski terpilih mendampingi Prabowo, namun sangat besar sekali keraguan masyarakat Indonesia, atas kualitas diri dan kepemimpinan Gibran, apalagi dengan ‘track record’ negatif yang akhir-akhir ini menggema terhadap dirinya terkait dugaan ‘fufufafa’ dan lain sebagainya.

Maka rakyat Indonesia tentu menaruh beban besar, dipundak Prabowo, ketika mulai bertugas sebagai presiden. Dengan berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini, mulai dari stabilitas pertumbuhan ekonomi, utang yang menumpuk, demokrasi yang mundur akibat nepotisme Jokowi, oligarki yang menguasai sumber-sumber daya alam RI, potensi konflik global akibat perang di Timur Timur Tengah dan Eropa Timur, kemampuan daya beli kelas menengah yang merosot, meningkatnya penangguran seiring berkurangnya kesempatan kerja, maraknya korupsi di tubuh pemerintahan, carut-marut di sektor pendidikan, semua ini menjadi tumpukan masalah, yang wajib diurai oleh pemerintahan baru ini.

Faktor Prabowo memang begitu memberi pengaruh, terhadap harapan-harapan besar yang diaspirasi rakyat Indonesia, pasca lengser Jokowi dan Prabowo dilantik sebagai presiden. Prabowo seorang militer berpangkat Jenderal, yang telah malang-melintang di jagat politik dalam suasana suka dan duka, asam garam, konflik kepentingan, dilalui Prabowo dengan penuh kesabaran.

Sesungguhnya Prabowo telah teruji, di ujung usia memasuki 70-an tahun, Prabowo membawa aura semangat kepada republik ini, dengan jargonnya memberantas korupsi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menegakkan kepala di dunia internasional serta menguatkan alutsista dan profesionalitas angkatan perang Indonesia, TNI.

Kepemimpinan Prabowo

Prabowo memang bukan dewa, tapi dia telah menampilkan personifikasi sebagai layaknya seorang pemimpin tangguh, yang tak kenal menyerah, dalam situasi apa pun. Saat-saat Prabowo dipersona-nongrata oleh mertuanya sendiri, Pak Harto, hingga kembali ke republik untuk bertarung di ranah politik, ini merupakan nilai-nilai kepemimpinan, yang secara aktif melekat positif, dalam diri seorang prabowo.

Oleh karenanya, banyak pengamat, politisi senior, tokoh-tokoh masyarakat, yang percaya terhadap Prabowo, untuk membawa bangsa ini lebih terhormat, dengan mengurai segala macam persoalan bangsa yang dihadapi.

Dengan kemampuan Prabowo untuk melakukan konsolidasi politik jelang pelantikan, yaitu mengakomodir tokoh politik dan profesional memperkuat kabinet, meski pun dipersepsikan banyak penganat, menjadi kabinet 100 menteri, seperti di zaman Pak Karno. Tetapi kemungkinan besar apa yang dilakukan Prabowo, dengan kabinet gemuk ini, tentu telah melewati telaah, kajian dan analisis mendalam, terhadap kebutuhan membangun Indonesia dan mengurai seluruh masalah internal dan eksternal bangsa ini.

Beri Kesempatan

Dengan demikian, ada baiknya kita sebagai rakyat, memberi kesempatan kepada Prabowo untuk menegakkan keberlangsungan pemerintah, yang dipimpinnya ini, seraya melakukan analisis kritis, terhadap seluruh kebijakan para menteri.

Waktu 6 bulan hingga setahun, kita akan melihat sejauhmana efektifitas kabinet Prabowo ini, mampu merencanakan kebijakan-kebijakan pro rakyat, di semua elemen masyarakat dan sektor kehidupan. Bukan hanya kebijakan dalam segmen aturan-aturan saja, tetapi juga implementasi kebijakan dalam bentuk strategi, program dan teknis, di segenap sektor kehidupan, hingga ke wilayah-wilayah terdalam Indonesia, yaitu; provinsi, kabupaten, kota, kampung-kampung dan desa-desa.

Kita berharap, janji-janji politik Prabowo menjadi pegangan pemerintah baru ini, direalisasi dengan segala tantangannya. Sehingga kita yakin bahwa, bangsa ini telah memilih pemimpin yang tepat, pemimpin yang amanah, yang mampu menutup segala kelemahan yang dilakukan rezim Jokowi sebelumnya.

Harapan Baru

Maka kita bisa memberi kesimpulan, bahwa Presiden baru Prabowo adalah harapan baru, untuk membawa martabat yang lebih baik, bagi setiap penduduk sejumlah 270 juta jiwa bangsa besar ini.

Martabat yang baik ditandai dengan; demokrasi yang beradab, ekonomi yang tumbuh merata, daya beli yang menguat, pendidikan dan wawasan yang meningkat sebagai bagian dari pembangunan kualitas SDM, membentuk karakter bangsa yang jauh dari budaya korupsi, dan membangun angkatan perang yang tangguh serta profesional menjaga republik, tumpah darah ini tetap ada, abadi, selamanya. Semoga…(Red)

Tinggalkan Balasan