Onesimus Imbiri Maisori : Merindukan Sidang Sinode 18, Namun Kecewa Saat Arak Arakan Obor Sinode Tidak Melewati Kampung Kaituni

(pelitaekspres.com) -WAROPEN- Pesta Iman Sidang Sinode Ke-XVIII yang terlaksana  di tanah berjuta bakau tahun 2022 ini, selain telah dijadwalkan 5 tahunan sekali, tetapi juga dirindukan masyarakat adat Waropen, hal tersebut merupakan pergumulan dan Doa anak-anak Waropen, Tuhan menjawab terselenggaranya Sidang Sinode.

Onesimus Imbiri Maisori selaku Kepala Keret Imbiri yang ditemui dikampung Kaituni, Rabu (20/08/22) katanya kepada sejumlah Wartawan, bahwa masyarakat  Waropen sangat bersyukur  karena Sidang Sinode ini ternyata kali ini Tuhan jawab dan bisa terlaksana, urainya dipinggiran sungai Maranarauni kampung Waren 2, Rabu 20/07/22.

“Kami punya doa-doa Tuhan menjawab semua pergumulan kami anak-anak Waropen, lanjutnya bahwa Sidang Sinode Ke-XVIII yang dilaksanakan di atas tanah  kami Tanah berjuta bakau Waropen sudah sangat baik, tetapi dirinya bersama masyarakat adat diwilayahnya merasa kecewa karena Obor Sinode tidak melewati Kampung Kaituni saat arak arakan” pekan lalu, urainya.

Menurut Kepala Keret Imbiri ini “Injil masuk di Waropen pertama kali di Kampung Kaituni pada tahun 1928, baru dari kampung ini Injil disebarkan diberbagai wilayah Waropen.

Mewakili keret Imbiri, selaku Kepala Keret Imbiri menyatakan rasa kekecewaannya terhadap penyambutan kirab Obor Sidang Sinode Ke-XVIII, menurutnya tidak sesuai dengan perjalanan sejarah Masuknya Injil di Negeri berjuta Bakau, tegasnya.

Dirinya bersama masyarakat adat ingin mempertanyakan ini kepada panitia dan Pihak Klasis karena telah melakukan pertemuan untuk minta proses penyambutan Obor di lakukan di sepanjang sungai Maranarauni kampung Waren 2  sesuai dengan Peradaban Injil, pungkasnya.

Urai Onesimus bahwa dengan usia ke 94 tahun Injil peradaban di kampung Waren 2, dirinya minta kepada kepala suku dan Masyarakat Waren 2 untuk sama-sama duduk dan bicara kembali tentang perjuangan para leluhur, hal itu dilakukan agar bisa mengobati rasa kekecewaan masyarakat adat setempat.

“Kami berharap Kepada pihak terkait dapat duduk bersama, karena melalui itu bisa mengobati rasa kekecewaan ini”.

“Orang  tua leluhur kita  yang pergi  menuju Mieei- Manokwari  menjemput dan mengambil terang  Injil Allah dan membawanya sampai di Waren 2   Kampung Kaituni bertempat di tengah sungai Maranarauni”.

“Kita Jangan pernah melupakan sebuah peradaban sejarah, kita boleh melangkah sejauh mungkin sesuai era teknologi  yang berkembang sangat pesat tetapi sejarah Peradadan harus tetap di ceritakan kepada anak cucu kita agar tidak hilang dan tetap ada agar kita melangkah sesuai peradaban masa lalu. (Falen/Zack).

Tinggalkan Balasan