‎Lebih dari 1.300 Warga Donor Darah di Palembang, Herman Deru Apresiasi Paguyuban Tionghoa

(pelitaekspres.com) -PALEMBANG- ‎Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Selatan berlangsung istimewa. Bukan hanya diwarnai dengan upacara atau seremoni semata, tetapi juga ditandai dengan aksi nyata yang sarat nilai kemanusiaan. Lebih dari 1.300 orang dari berbagai kalangan tumplek blek di YAP Ballroom Palembang, Minggu (24/8/2025), mengikuti donor darah massal yang diinisiasi oleh Paguyuban Tionghoa se-Sumsel.

‎‎Aksi sosial tersebut tidak hanya menjadi bukti kepedulian, tetapi juga memperlihatkan betapa kuatnya semangat gotong royong masyarakat Sumsel. Acara ini mendapat perhatian langsung dari Gubernur Sumatera Selatan, Dr. H. Herman Deru, yang hadir bersama Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Sumsel, Hj. Feby Deru. Kehadiran keduanya menambah semangat para pendonor yang rela menyumbangkan darah demi membantu sesama.

‎‎Pesan Kemanusiaan dari Gubernur

‎‎Dalam sambutannya, Herman Deru menegaskan bahwa donor darah adalah salah satu bentuk ibadah sosial yang mulia. Ia menilai kegiatan yang digelar Paguyuban Tionghoa ini menjadi teladan bahwa memperingati kemerdekaan tidak hanya cukup dengan simbol atau upacara, melainkan bisa diwujudkan melalui tindakan nyata.

‎‎“Kegiatan ini adalah contoh nyata gotong royong. Kita tidak hanya merayakan kemerdekaan dengan seremoni, tetapi juga dengan aksi sosial yang menyelamatkan nyawa,” ujar Gubernur disambut tepuk tangan hadirin.

‎‎Menurutnya, setetes darah yang disumbangkan bisa menjadi penentu hidup seseorang. “Kita tidak tahu siapa yang akan menerima darah itu, tapi yang pasti kebaikan yang kita tanam akan kembali pada kita sendiri. Itulah hakikat dari ketulusan,” tambahnya.

‎‎Peran Vital PMI dan Kepercayaan Publik

‎‎Dalam kesempatan itu, Herman Deru juga menyoroti pentingnya peran PMI sebagai lembaga yang menjaga kredibilitas proses donor darah. Ia mengingatkan agar seluruh prosedur dilaksanakan sesuai standar medis dan dengan transparansi penuh.

‎‎“PMI punya tanggung jawab moral menjaga kepercayaan masyarakat. Jangan sampai ada isu negatif yang merusak niat baik ini,” tegasnya.

‎‎Ia berharap PMI tetap menjadi garda terdepan dalam memastikan keamanan donor darah, mulai dari pemeriksaan kesehatan pendonor hingga distribusi darah kepada pasien yang membutuhkan.

‎‎Donor Darah sebagai Tradisi Positif

‎‎Kegiatan sosial ini mendapat apresiasi luas tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumsel, Joni Kesuma, menegaskan bahwa pihaknya akan menjadikan donor darah massal sebagai program berkelanjutan.

‎‎“Kami ingin kegiatan ini menjadi tradisi positif. Semakin banyak yang ikut, semakin banyak nyawa yang bisa tertolong. Ini bukan hanya untuk komunitas tertentu, tetapi untuk semua lapisan masyarakat,” jelas Joni.

‎‎Komitmen itu diperkuat dengan antusiasme ribuan pendonor yang hadir dari beragam latar belakang. Mulai dari pelajar, mahasiswa, komunitas, hingga pegawai swasta dan aparatur pemerintahan turut serta dalam aksi kemanusiaan ini.

‎‎Kepuasan Batin Para Pendonor

‎‎Bagi para pendonor, momen ini bukan sekadar formalitas atau acara seremonial. Ada kepuasan batin tersendiri saat mengetahui darah yang mereka sumbangkan akan digunakan untuk menolong pasien di rumah sakit.

‎‎Seorang pendonor yang hadir mengaku rutin mendonorkan darah setiap tiga bulan sekali. “Saya merasa lebih sehat sekaligus bahagia karena bisa membantu orang lain. Rasanya luar biasa saat tahu darah kita bisa menyelamatkan nyawa,” ujarnya.

‎‎Kisah semacam ini menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya donor darah semakin meningkat. Donor darah tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga membantu menjaga kesehatan pendonor karena memperbaharui sel darah.

‎‎Pesan Persatuan dari Sumsel

‎‎Lebih jauh, kegiatan donor darah massal ini menyampaikan pesan penting: keberagaman adalah kekuatan. Ribuan orang yang hadir berasal dari berbagai latar belakang etnis, agama, maupun profesi. Namun mereka menyatu dengan satu tujuan, yaitu menolong sesama tanpa pamrih.

‎‎Herman Deru menegaskan bahwa semangat kemerdekaan harus terus dijaga dengan solidaritas antarwarga. “Ini adalah ibadah sosial yang tidak memandang suku dan agama. Inilah wajah Sumsel yang kompak, harmonis, dan peduli,” ungkapnya.(dkd)

 

Tinggalkan Balasan