Komunikasi Pembangunan Di Era Digital Dalam Melestarikan Kebudayaan Adat Lampung Pepadun

(pelitaekspres.com) –BANDARLAMPUNG- Perkembangan di era globalisasi memiliki tuntutan, tantangan  sekaligus kebutuhan bahkan menjadi gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari media teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau Information Communication Technology (ICT). Media TIK menjadi bagian penting dan strategis dalam proses dan hasil interaksi sosial, ekonomi, politik, serta budaya, sehingga seakan tidak ada lagi batas jarak, ruang dan waktu, bisa kapan saja dan dimana saja dapat berinteraksi, mendapatkan serta memberikan informasi selama media dan aksesnya tersedia. Hal tersebut sebagaimana menurut Mc Luhan (1994), sehingga komunikasi sebagai interaksi sosial tidak harus lagi dilakukan tatap muka secara langsung (secara fisik) tetapi bisa secara audio (suara) dan visual (gambar) dengan teknologi internet menggunakan webcam.

Setiap individu, kelompok, organisasi dan institusi baik pemerintah maupun swasta memanfaatkan dan menggunakan akses atau sambungan (hubungan) melalui teknologi media komunikasi jaringan internet seperti handphone, komputer dan laptop dengan berbagai aplikasinya semua dapat mudah dimiliki dan diakses untuk memenuhi fungsi kebutuhan dan memberikan informasi, edukasi, sosialisasi, hiburan, sampai mempengaruhi dan membentuk opini publik.

Hubeis (2009) menyatakan kemampuan berkomunikasi dan menggunakan internet melalui pemanfaatan media dalam mengecek pertumbuhan pasar, keadaan emergensi, menggunakan internet untuk pencarian informasi, merupakan contoh bagaimana ICT dapat mengendalikan perkembangan manusia. Sehingga membutuhkan kebijakan untuk mengelola ICT dalam memperbaiki dan mencapai tujuan pembangunan manusia Indonesia sebagai kunci pertumbuhan sumber daya manusia masa depan. (RiliWindiasih : 2019)

Komunikasi pembangunan sangatlah mendukung perkembangan pelestarian kebudayaan, dalam hal ini kebudayaan adat lampung. Masyarakat adat dan budaya Lampung Pepadun terkenal dengan, Piil Pesenggiri yang merupakan nilai dasar atau filsafah hidup ulun (orang) Lampung. Terlihat dalam pola tingkah laku dan pola pergaulan hidup mereka, baik sesama kelompok maupun kelompok lain. Makna Piil Pesenggiri juga sering diartikan sebagai tanda atau simbol “harga diri” bagi pribumi Lampung. Pandangan hidup sebagai simbol nampak dalam sikap dan prilaku kehidupan sehari-hari. Menurut Hilman Hadikusuma, orang Lampung mewarisi prilaku dan pandangan hidup yang disebut Piil Pesenggiri yang ber unsur sebagai berikut :

  1. Pesenggiri, mengandung arti penting tidak mau kalah dalam tindakan dan prilaku.
  2. Juluk Adek, mengandung arti suka dengan nama baik atau gelar kehormatan.
  3. Nemui Nyimah, mengandung arti suka menerima dan memberi dalam suka duka.
  4. Nengah Nyappur, mengandung arti suka bergaul dan bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah.

Sakai Sambayan, mengandung arti suka menolong dan ber gotong royong. Nilai Piil Pesenggiri sangat melekat pada nilai kehormatan Bejuluk Beadek. Jurai Pepadun sangat menjunjung tinggi dalam mendapatkan gelar Beadek. Untuk jurai Pepadun semua orang bisa mendapatkan Adek tanpa harus melihat strata keturunan satu darah, namun Beadek tidak hanya sekedar membayar uang langsung mendapatkan Adek melainkan harus melalui pelaksanaan sangat sakral yang mempunyai makna yaitu Begawi Cakak Pepadun dengan dihadiri berbagai tokoh dan dihadiri ratusan orang.

Di era digital saat ini jaringan informasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau Information Communication Technology (ICT) sangat dibutuhkan dalam menjaga pelestarian kebudayaan khususnya budaya masyarakat adat Lampung pepadun. Melalui media sosial youtube yang bertujuan untuk mengenalkan dan mengangkat budaya adat lampung, sehingga kebudayaan adat lampung pepadun dikenal masyarakat luas.

Di kanal youtube banyak kita temukan konten-konten yang berisi tentang profil sebuah Desa di berbagai daerah Lampung, tentang asal usul Provinsi Lampung, budaya Lampung, Tarian Lampung Pepadun, sampai dengan Video mengenai film dokumenter tentang benda Cagar Budaya dan Situs Sejarah di daerah Lampung.

Hal ini menandakan bahwa penerapan komunikasi pembangunan di era digital dalam melestarikan kebudayaan adat lampung pepadun sudah secara maksimal dalam mengikuti perkembangan teknologi digital menyesuaikan generasi masa kini.

Saran penulis agar kita sebagai warga masyarakat adat Lampung tidak melulu menggunakan cara kovensional dalam melestarikan adat Lampung, seperti pelaksanaan acara adat yang hanya dikenal di daerah tersebut saja tetapi bisa menggunakan dan menerapkan perkembangan teknologi informasi dan digital yang sekarang makin marak digunakan di semua kalangan masyarakat luas dan instansi pemerintahan.( Marisya/Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Lampung)

Tinggalkan Balasan