(pelitaekspres.com) – PALEMBANG- Kasus dugaan penipuan yang menyeret nama seorang ibu Bhayangkari berinisial FR kini tengah menjadi sorotan. Melalui tim kuasa hukumnya dari Law Firm Smart H. Alex Noven, M, SH., MH., bersama para partner hukumnya yakni H. Bobby Adhi Gatama SH, ST, H. Dedek Mutha Alex SH, Amrullah SH, dan Fatra SH, FR memberikan klarifikasi melalui konferensi pers yang digelar pada Kamis (24/07/2025) di kantor hukum mereka yang berlokasi di Jalan Kebun Sirih, Patal Palembang.
Dalam konferensi pers tersebut, kuasa hukum FR menegaskan bahwa kliennya tengah menjadi korban fitnah atas tuduhan praktik penipuan terkait proses penerimaan calon anggota Polri. FR sebelumnya dilaporkan ke Polda Sumsel atas dugaan menjanjikan kelulusan dalam seleksi penerimaan calon Bintara Polri serta upaya menggagalkan proses Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) terhadap seorang anggota Polri.
Namun, pihak FR menampik tuduhan tersebut. Pengacara H. Alex Noven secara tegas menyatakan bahwa kliennya justru menjadi korban dari sindikat penipuan yang lebih besar. “Klien kami FR difitnah. Kami akan balik melaporkan dua oknum anggota Polri di OKI dan pengacaranya atas dugaan keterlibatan dalam fitnah ini,” tegas Alex kepada awak media.
Demi memperjelas duduk perkara, FR pun telah melaporkan seorang pria berinisial MS ke Polda Metro Jaya pada 18 Juni 2025. Dalam laporan tersebut, MS diduga melakukan penipuan dengan modus mampu meluluskan calon Bintara dan Taruna Akpol, serta mengatur mutasi anggota Polri, dengan dalih memiliki akses istimewa di lingkungan Istana Kepresidenan.
Dalam pertemuan antara FR dan MS yang terjadi pada 2 Maret 2025 di Jakarta, MS mengaku sebagai staf sipil yang bekerja di bawah Asisten I Kantor Penasehat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional. Bahkan, MS sempat membawa FR ke sebuah lokasi yang disebut sebagai “kantor” tempatnya bekerja, guna meyakinkan korban atas klaim jabatannya tersebut.
MS kemudian menjanjikan kuota khusus sebanyak 10 orang untuk bisa lolos menjadi anggota Polri, dengan biaya sebesar Rp500 juta per orang, dan minimal Rp250 juta sebagai “uang pelicin”. Percaya dengan pernyataan MS, FR pun menyerahkan total dana sebesar Rp1,347 miliar secara bertahap melalui perantara bernama MS dan calon istrinya, DN.
Dana tersebut ditujukan untuk membantu kelulusan anak FR yang mendaftar sebagai Taruna Akpol, serta lima calon Bintara Polri lainnya yang merupakan titipan dari pihak AN dan LN dua orang yang belakangan justru melaporkan FR ke Polda Sumsel.
Sayangnya, setelah seluruh peserta mengikuti tahapan seleksi, tidak satu pun dari mereka yang dinyatakan lulus. Ini kemudian menimbulkan kecurigaan besar. Terlebih, saat FR mencoba menghubungi MS dan DN untuk meminta pertanggungjawaban, nomor telepon dan WhatsApp keduanya mendadak tidak aktif.
“FR telah berusaha berulang kali untuk menghubungi MS dan DN, tetapi tidak mendapatkan respons. Karena merasa ditipu, akhirnya FR memutuskan untuk melaporkannya ke pihak kepolisian,” ujar Alex.
Alex juga membeberkan bahwa dari total dana yang terkumpul, FR telah mengembalikan uang kepada dua orang calon siswa Bintara Polri dengan menggunakan uang pribadinya, yakni sebesar Rp240 juta. Namun, sisa dana lainnya masih berada dalam penguasaan MS.
“FR tidak pernah menjanjikan apapun kepada AN dan LN. Bahkan, mereka langsung berkomunikasi dengan MS melalui video call di hadapan FR, tanpa keterlibatan langsung dari klien kami,” lanjut Alex menegaskan.
Terkait proses hukum, laporan FR terhadap MS telah teregister dengan Nomor: LP/8/4063/VI/2025/SPKT/Polda Metro Jaya, tertanggal 16 Juni 2025 pukul 13.25 WIB. Alex menambahkan bahwa laporan ini menjadi bentuk pembelaan terhadap tuduhan yang saat ini tengah bergulir di Polda Sumsel atas dugaan penipuan seleksi calon anggota Polri yang dilayangkan oleh AN dan LN.
“Laporan terhadap klien kami ini terlalu terburu-buru. Mereka tidak sabar menunggu proses yang sedang kami jalankan di Polda Metro Jaya. Seharusnya kita tunggu hasilnya dulu sebelum memvonis,” pungkas Alex.
FR pun menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak menawarkan jasa atau menjanjikan kelulusan kepada siapapun. Semua bermula dari keyakinannya terhadap janji manis MS yang mengaku punya koneksi langsung ke pusat kekuasaan. (dkd)