Kegiatan Seminar ini mengangkat tema “Penjelajahan Kanopi hingga Lantai Hutan: Potensi Keanekaragaman Aves, Mamalia Kecil, Herpetofauna di Hutan Lampung”.

Rangkaian Acara pada seminar nasional kali ini diawali dengan Tari Sembah dan Tilawah, serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Ekspedisi Studi Hasil Observasi dan Eksplorasi (SHOREA), merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan oleh himpunan mahasiswa jurusan kehutanan (Himasylva) Unila. Selain menjadi bagian dari program kerja himpunan mahasiswa, ekspedisi ini juga

Muhammad Iqbal Albayan selaku ketua pelaksana dari acara seminar nasional kali ini mengucapkan terima kasih atas antusiasme dari para peserta yang telah hadir, baik secara offline dan online melalui zoom meeting.

Dilanjutkan dengan sambutan Muhammad Umar Fadly, selaku ketua umum HMJ THP Unila. Ia berharap, seminar nasional ini dapat menjadi penelitian lanjutan dalam menjaga dan melindungi spesies alami di hutan, serta upaya dalam melakukan konservasi di tempat ekspedisi.

Selanjutnya Ketua Jurusan Kehutanan Dr. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., IPM., sangat mengapresiasi atas terselenggaranya acara seminar nasional tersebut. Ia mengharapkan para peserta agar dapat menambah wawasan terkait penelitian Aves (burung) mamalia dan herpetofauna, serta bagaimana jenis-jenis spesies dapat dilindungi dan perlunya upaya konservasi.

“Saya harap, mahasiswa dapat mendengarkan materi seminar ekspedisi ini. Untuk itu, jangan melewatkan kesempatan ini dan rekan-rekan mahasiswa bisa lebih antusias dalam tanya jawab,” ujar Dr. Bainah.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama sekaligus penyampaian materi utama mengenai rangkaian kegiatan selanjutnya yakni penyampaian materi mengenai Penelitian dan Potensi Keanekaragaman Hayati di Wilayah Lampung oleh keynote speaker Ir. Yan Ruchyansyah, M.Si., selaku Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

Menurutnya, Lampung menjadi salah satu provinsi di Indonesia dengan ekosistem lahan hutan yang masih terjaga mulai dari Lanskap Batu Tegi, Lanskap Way Rilau, Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdurrachman, hingga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Namun, sekitar 86 persen lahan di Lampung sudah dipenuhi dengan aktivitas manusia. Pentingnya peran pemerintah, akademisi, dan pihak NGO juga turut serta dalam melindungi kawasan hutan dan melakukan konservasi sebagai upaya dalam menjaga rantai ekosistem yang ada di wilayah Lampung.

Rangkaian kegiatan selanjutnya yakni penyampaian materi mengenai Penelitian keanekaragaman burung di Kali Jernih, Way Sekampung oleh Reza Saputra, selalu ketua tim di KPH Batu Tegi.

Menurutnya, kehadiran masih terdapat banyak spesies yang belum teridentifikasi. Reza bersama tim melakukan proses identifikasi menggunakan point count dan transek. Beberapa spesies yang dapat ditemukan di KPH Batu Tegi di antaranya seperti Pelatuk Sayap Merah, Merbah Mata Merah, Caladi Batu Melayu, dan lain-lain.

Rangkaian Kegiatan selanjutnya ialah materi mengenai Analisis Keanekaragaman Mamalia Kecil Non-Volan Di Stasiun Penelitian Rawa Bunder, oleh An-Nadzri Fikrudin Haq, selaku ketua tim ekspedisi.

Ia berpendapat, tujuan ekspedisi ini untuk mengetahui jumlah individu dan jenis dominan mamalia kecil non-volan, dengan metode pengambilan data seperti life trap (perangkap mamalia) dan metode jelajah.

Proses pengamatan mamalia dilakukan selama 30 hari (15 Juli – 14 Agustus 2024) dengan waktu pada pagi dan sore hari, untuk menghindari kawanan gajah dan harimau yang aktif di sekitar stasiun penelitian. Hasil pengamatan ini telah menemukan beberapa spesies seperti Kucing Hutan, Musang Leher Kuning, Bajing Kelapa, Bajing Tiga Warna, dan lain-lain.

Rangkaian Kegiatan selanjutnya ialah materi mengenai Studi Analisis Terhadap Keberadaan Ordo Squamata Pada Berbagai Tipe Habitat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, oleh Gusektiono, selaku ketua tim ekspedisi Herpetofauna.

Menurutnya, ekspedisi di TNBBS ini bertujuan dalam mengetahui jenis famili dominan, serta melakukan pelepasliaran satwa liar. Ekspedisi ini menggunakan metode VES dan transek.

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim ini di antaranya yakni penemuan beberaps jenis spesies seperti ular gigi kucing, katak tanduk, percil, bunglon jambul hijau, cicak jari lengkung, dan lain-lain.

Seminar nasional ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa akan pentingnya melakukan observasi dan eksplorasi untuk menemukan berbagai spesies hewan dan tumbuhan yang ada di alam.

Ekspedisi ini juga membantu peneliti dan aktivis lingkungan untuk turut serta dalam melakukan berbagai upaya guna menjaga dan melestarikan ekosistem langka yang dilindungi.

Kegiatan seminar nasional ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa dan masyarakat untuk mengetahui lebih dalam mengenai studi observasi dan eksplorasi fauna dan flora guna mencegah gangguan kerusakan ekosistem alami di Indonesia, khususnya di provinsi Lampung. [red]

Tinggalkan Balasan