(pelitaekspress.com) – KEP. YAPEN – Ketua Tim Kerja Pansus Afirmasi Majelis Rakyat Papua Edison Tanati, kepada media menyatakan bahwa pekan lalu ketika menerima perwakilan mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi di MRP, ada banyak aspirasi mahasiswa yang kemudian muncul adanya solusi bagi pembangunan pendidikan di Tanah Papua, Minggu, 25/04/2021.
Menurut Tanati bahwa Papua mau maju itu jati dirinya adalah pendidikan, Pendidikan yang dimaksud bukan berarti anak-anak Papua dikirim banyak keluar negeri mengikuti sekolah/ kuliah baru dikatakan jadi SDM unggul urainya.
Ditegaskan Tanati bahwa Anggaran Otonomi khusus itu harusnya dari dalam keluar, bukan sebaliknya dari luar kedalam, inikan keliru harap nanti bisa diperbaiki. Perlu diingat bahwa Papua mau maju, Papua masa depan adalah Papua yang memiliki sumberdaya manusia bersaing.
Sebagai contoh, kita memiliki Kampus Uncen yang ada didepan mata kita, kenapa tidak dibangun sebagai kampus berstandar Internasional. Membangun infrastruktur kampus bertaraf internasional di Tanah Papua adalah solusi yang bisa dilakukan, kenapa tidak pintanya.
Yang perlu kami sampaikan juga bahwa ketika kita memiliki infrastruktur kampus yang baik maka akan mendukung proses belajar mengajar, maka kita akan lebih murah mendatangkan dosen untuk mengajar tatap muka dengan mahasiswa di Papua.
Hal ini berbeda bila dibanding jika mahasiswanya kita kirim ke luar Papua bahkan luar negeri dengan kuota yang tentu terbatas. Misalnya ketika kalau keluar negeri kita hanya bisa kirim 1000 orang, namun ketika pendidikan bertaraf internasional dilakukan di Papua maka bisa kita sekolahkan/kuliah 1 juta orang Asli Papua disana ungkapnya.
Kami minta kepada pemerintah Papua untuk mari membangun kampus yang berstandar internasional di 5 wilayah adat Papua agar mendukung proses pendidikan di Tanah Papua.
Pendidikan bertaraf internasional bisa kita buat di 5 wilayah adat antara lain La Pago, Mepago, Anim Ha, Saireri dan Tabi. Mengapa demikian, karena pendidikan itu penting dan itulah wajah orang Papua.
Jika kita masih terus mengirimkan mahasiswa-mahaisiswa Papua sekolah/ kuliah diluar Papua, maka itulah yang akan dianggap Papua tertinggal, terbelakang, bodoh dan lain sebagainya, (ed.zri).