(pelitaekspres.com) – PALEMBANG – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumatera Selatan menggelar diskusi bersama tokoh-tokoh Sejarahwan dan Budayawan Sumsel di Rajo Tentro Cafe Palembang.
Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan mengatakan bahwa diskusi yang di gelar dalam rangka memperingati hari Pahlawan tanggal 10 November dan mengenang jejak kepahlawanan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.
” Hal yang diambil dalam diskusi ini yaitu nilai perjuangan SMB II mendapatkan gelar pahlawan dimana beliau melawan penjajah Belanda dengan luar biasa dan nilai-nilai dalam bentu fisik mulai dari SMB I sampai SMB II,” katanya.
Ramlan menambahkan,untuk bentuk fisiknya yakni Benteng Kuto Besak (BKB) masih dijaga sampai sekarang yang merupakan bagian dari perjuangan SMB II untuk melawan penjajah.
” Untuk membangun BKB tersebut tidaklah mudah, apalagi bentuknya luar biasa besar dengan menggunakan biaya dan tenaga, artinya keberanian SMB I dan II dengan BKB harus dikenang karena bagian hasil dari budaya tokoh-tokoh kita zaman dahulu sebagai pendiri Palembang,” ujarnya.
Terkait status BKB, yang hingga sampai sekarang belum menjadi cagar budaya, bahkan masih ada kendala bahwa dari tim ahli Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang tidak mempunyai data untuk mengusulkan BKB masuk dalam cagar budaya
“Saya lihat belum ada keseriusan Pemkot Palembang untuk menyatakan BKB sebagai cagar budaya, oleh karena itu kita minta dan dorong Pemkot Palembang harus ada keberanian untuk melakukan terobosan agar BKB masuk dalam cagar budaya,” ucapnya.
Sebagai partai politik dan kedewanan untuk kepentingan Kota Palembang, Ramlan juga mengharapkan seluruh anggota DPRD dari Fraksi PKB dan PKS untuk terus mendukung dan mendorong khususnya BKB menjadi cagar budaya.
“Khusus Pemkot Palembang, bila perlu Pemerintah Provinsi (Pemprov) bisa mengintervensi dalam rangka percepatan BKB menjadi cagar budaya, karena masih ada persoalan yang ditinggalkan dimana BKB masih dikuasi oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Untuk mengambilnya menjadi cagar budaya kita pelajari terlebih dahulu dari sisi hukum dan sosiloginya dimana agar bisa dinikmati masyarakat Sumsel,” paparnya.
Dia mengungkapkan bahwa Keluarga Sultan Mahmud Badaruddin II tidak bisa menikmati dan tinggal di BKB bahkan diusir padahal sultan dibesarkan disana dan yang bangunnya juga Sultan.
“Alhamdulillah keluarga Sultan tidak menuntut untuk tinggal disana, tetapi mereka menuntut agar bisa dinikmati dan dijadikan Destiwisata Kota Palembang,” katanya.
Sementara itu, Budayawan Vebri Al Lintani mengatakan bahwa PKB merupakan partai yang pertama yang konsen terhadap BKB dan PKB yang telah menginisiasi dan menggerakkan kegiatan diskusi ini termasuk mengundang kawan-kawan dari berbagai Fraksi DPRD Kota Palembang.
” Kita mengapresiasi dan juga kita meminta kepada Fraksi-Fraksi yang ada di DPRD Kota Palembang untuk mendukung BKB menjadi Cagar Budaya karena BKB milik rakyat bukan orang yang konsekuen mereka saja tetapi milik semua orang,” katanya.
BKB merupakan bangunan yang pundamental warisan budaya dari kesultanan Palembang Darussalam, karena dibangun oleh Kesultanan sendiri, bukan oleh bangsa asing dan BKB termasuk benteng yang kokoh dan kuat.
” Jika ditempat lain bisa membangun identitasnya, maka Palembang sudah saatnya menikmati atau memanfaatkan warisan budaya ini untuk masyarakat banyak dan kepentingan ekonomi,” ujarnya.
Masih kata Vebri, Jika melihat dari sejarahnya BKB itu betul-betul membanggakan dimana dulunya Kuto Besak di dalamnya ada keraton dan kemudian dijadikan benteng sebagai tempat pertahanan yang mana pada zaman penjajah ditembaki beberapa kali, namun tidak mampan oleh peluru.
“Diakhir Diskusi kita akan bentuk tim terpadu dari segala unsur yang akan menghasilkan naskah akademiknya dengan kajian-kajian ilmiah tentang BKB dan akan merumuskan bagaimana strategi yang efektif agar bisa cepat difungsikan sebagai cagar budaya seperti tempat lain,”ujarnya. (dkd)