(pelitaekspres.com) – ASAHAN – Advokat Pengacara Muhammad Idrus Tanjung SH angkat bicara terkait permasalahan lahan sawit milik keliennya yang gagal panen diduga tergenang air dari limpahan pembuangan air dari Kompleks Perumahan Duta Mas.
Pada Senin 08 November 2021 sekira pukul 12.00 WIB, kepada beberapa wartawan di ruang kerjanya kantor hukum Jalan Bakti No 72, Kelurahan Teladan Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan, Idrus Tanjung mengatakan, jika dari pihak pengembang perumahan Duta Mas tidak juga ada Etikat baik kepada Klien kita, maka selanjutnya kita akan tempuh jalur hukum.
Hal tersebut disampaikannya saat mendampingi Kliennya yang bernama Pandapotan Aritonang (56) merupakan warga Jalan FL Tobing No 83 A, Kelurahan Lestari Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan.
Sementara pemilik lahan sawit yang merasa dirugikan oleh limpahan buangan air dari perumahan Duta Mas tersebut P. Aritonang mengungkapkan rasa kecewanya dengan menyebutkan, saya sudah melakukan upaya kepihak terkait yakni Kadus, Kelurahan, Camat, LHK dan Pihak Pengembang juga sudah kemari melakukan peninjauan.
“Namun hingga saat ini belum juga ada tindakan yang terbaik untuk mengatasi masalah ini,” ujarnya.
Marilah bang kita lihat kelokasi, setibanya dilokasi terlihat lahan Sawit yang lebih kurang tiga rante itu, dengan tanaman diatasnya berupa 30 Pokok tepatnya di Lingkungan V (Lima) Kelurahan Gambir Baru bersebelahan dengan komplek perumahan Duta Mas tersebut, benar terlihat lahan sawitnya tergenang air setinggi lebih kurang 30 Cm.
“Cobalah kita lihat bersama bersama sama, akibat dari genangan air tersebut yang terus menerus tidak pernah surut dan diduga mengandung kotoran dan limbah sampah dari perumahan Duta Mas ini, membuat tanaman 30 Pokok sawit yang sudah berumur 10 tahun ini terancam mati dan tidak dapat menghasilkan buah hingga saat ini,” katanya.
Saya merasakan panen cuman 7 tahun selanjutnya gagal panen terus sejak adanya bangunan komplek perumahan Duta Mas ini, lebih kurang sejak tahun 2017 hingga saat ini pokok sawit saya ini tidak dapat memproduksi buah lagi.
“Jika kita hitung sudah berapa banyak kerugian yang saya alami lebih kurang ratusan juta rupiah”, ungkap P. Aritonang dengan nada keras (Doni).