(pelitaekspres.com) -PALEMBANG- (deklarasinews.com)- Suasana khidmat menyelimuti pelantikan Ketua DPC Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) Kota Palembang, yang digelar di DKS Area, Jalan Jepang, Kecamatan Sako, Palembang, Minggu (13/07/2025). Momen istimewa ini menandai untuk kedua kalinya Diajeng Kartika Sari, SH kembali dipercaya untuk memimpin FKPPAI Kota Palembang, setelah sebelumnya sempat vakum akibat pandemi Covid-19.
Pelantikan ini dihadiri langsung oleh Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, yang turut memberikan apresiasi dan dukungan terhadap eksistensi organisasi yang menaungi para pelaku spiritual dan penyembuh alternatif tersebut. Hadir pula Ketua Umum DPP FKPPAI, Ki Sawung Rahsa, didampingi Ketua DPD FKPPAI Sumatera Selatan, Hang Sholahudin.
Dalam sambutannya, Ki Sawung Rahsa menyampaikan bahwa pelantikan Diajeng Kartika Sari sebagai Ketua DPC merupakan bentuk kepercayaan atas dedikasinya selama ini dalam menjalankan amanah Dewan Pendiri FKPPAI. Ia menilai, kehadiran langsung Wali Kota Palembang di acara ini merupakan capaian luar biasa yang mencerminkan keberhasilan Diajeng dalam menjalin sinergi dengan pemerintah daerah.
“Beliau mampu membuktikan bahwa arahan Dewan Pendiri untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah kota dapat diwujudkan. Hal ini menjadi semangat bagi seluruh anggota agar merasa aman dan nyaman dalam menjalankan tugas tanpa gangguan dari pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujar Ki Sawung.
Lebih lanjut, Ki Sawung menegaskan bahwa FKPPAI memiliki dua program utama yang menjadi fokus kegiatan. Pertama adalah program keparanormalan, yang berorientasi pada penyelesaian berbagai persoalan sosial kemasyarakatan. Kedua, program pengobatan alternatif, yang mengedepankan penggunaan herbal sebagai solusi penyembuhan non-medis.
“FKPPAI hadir untuk memberikan alternatif pengobatan kepada masyarakat. Kami tidak menolak pengobatan medis, tetapi kami menawarkan pilihan yang bersifat holistik, menyentuh aspek spiritual dan tradisional yang telah menjadi bagian dari budaya kita,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ki Sawung juga mengimbau kepada seluruh anggota FKPPAI untuk terus menjaga harmoni dan kedamaian antarsesama anggota. Ia menekankan pentingnya menjalankan Nawadarma – sembilan poin kode etik paranormal – sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak.
Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, menyampaikan apresiasinya terhadap keberadaan FKPPAI sebagai organisasi yang tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga nilai budaya yang tinggi. Ia berharap agar kepengurusan FKPPAI yang baru dapat segera melakukan konsolidasi dan menjalankan program-program yang telah direncanakan.
“Pengobatan alternatif ini nyata dan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Saya harap program-program FKPPAI juga mampu menjangkau masyarakat Palembang secara lebih luas, tidak hanya terfokus di luar daerah,” ungkap Ratu Dewa.
Ia juga mendorong agar FKPPAI aktif melaksanakan kegiatan sosial seperti bakti sosial dan edukasi budaya kepada masyarakat. “Mari kita prakarsai kegiatan sosial dan budaya yang bermanfaat langsung bagi warga Palembang,” tandasnya.
Diajeng Kartika Sari, yang kini menjabat sebagai Ketua FKPPAI Kota Palembang untuk periode 2025–2030, mengungkapkan bahwa dirinya pertama kali diamanahi posisi ini pada tahun 2015. Namun, kegiatan organisasi sempat terhenti akibat pandemi. Kini, ia kembali dengan semangat baru untuk melanjutkan perjuangan mengenalkan seni budaya dan pengobatan spiritual kepada masyarakat.
“Pelantikan ini menjadi momen istimewa karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-22 Paguyuban Kusuma Sejati, organisasi spiritual yang telah saya dirikan sejak 2003. Selama ini kami aktif melakukan berbagai kegiatan sosial dan budaya, termasuk memperkenalkan kembali nilai-nilai spiritual yang seringkali dipinggirkan,” ujar Diajeng.
Ia mengungkapkan harapannya agar masyarakat dapat lebih terbuka menerima pengobatan alternatif dan keilmuan spiritual sebagai bagian dari solusi kesehatan yang komprehensif.
“Insyallah kami siap menunjukkan kepada masyarakat bahwa pengobatan alternatif bisa menjadi jawaban, tentunya dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan keilmuan spiritual yang kami pelajari,” tambahnya.
Tak hanya bergerak di bidang organisasi, Diajeng Kartika Sari juga membuka peluang bagi masyarakat yang ingin belajar pengobatan alternatif. Sejak tahun 2003, ia telah mendirikan sekolah pengobatan alternatif yang kini memiliki ribuan murid dari seluruh penjuru Indonesia.
Menariknya, sejak lima tahun terakhir, sekolah tersebut juga menyediakan sistem pembelajaran daring (online) yang menjangkau peserta dari luar negeri seperti Jepang, Belanda, dan Australia.
“Persyaratannya cukup mudah, yang penting ada kemauan, usia minimal 18 tahun, dan tidak memiliki riwayat gangguan jiwa karena proses pembelajaran perlu pendampingan. Program ini berjalan selama satu bulan dengan delapan kali pertemuan,” jelasnya. (dkd)