(pelitaekspres.com)- KENDAL – Satu tahun lebih, Pemkab Kendal memberlakukan larangan pentas untuk pentas hiburan. Salah satunya pentas kesenian barongan. Para pengrajin barongan pun terkena imbasnya, mereka hanya bisa gigit jari.
Mulawi, 49, pelaku kesenian dan pengrajin barongan di Kecamatan Ringinarum mengaku, sejak awal pandemi ia tidak ada orderan sama sekali. Baik pentas maupun pesanan dan servis barongan. “Kami tidak diberi solusi, seperti dibiarkan saja. Padahal pelaku kesenian daerah ini sangat terdampak pandemi covid,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, sabtu (17/7/21).
Hal serupa juga dialami Triyono, 30, warga Desa Sumberagung, Kecamatan Weleri. Ia hanya bisa pasrah, dua mata pencahariannya terimbas pandemi covid. Selain sebagai pengrajin barongan, ia merupakan pedagang keliling di sekolah-sekolah.
“Kalau grup barongan itu jalan, saya juga jalan. Selama pandemi awal ini mandek kegiatan membuat dan servis barongan. Setahun setelah awal pandemi baru ada yang pesan juga servis. Ada lah, cuma beberapa saja,” ujar pria yang sudah empat tahun membuka bengkel barongan tersebut.
Hingga saat ini ia hanya mendapatkan enam orderan. Baik itu servis maupun pembuatan barongan dan dawangan. Ordernya banyak datang dari Kabupaten Batang. Bengkel kerjanya terlihat sepi, Tak ada aktivitas pengerjaan. Hanya terlihat kepala barongan dan dawangan yang tergeletak.
“Ya ini mas, saya sekarang hanya mengandalkan ini. Alhamdulillah sudah ada orderan. Sejak ada korona mumet saya, jualan keliling tidak laku. Apalagi pas puasa jualan libur, ngelu tenan,” ucapnya.
Sebelum pandemi rutinitas hariannya adalah pedagang keliling di sekolah. Namun, karena siswa sekolah tidak berangkat, ia hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai pengrajin barongan. Triyono merasa beruntung, satu tahunan setelah pandemi ada orderan masuk.
Ia menjelaskan bahwa pembuat barongan di Kabupaten Kendal jumlahkan cukup banyak, ada lebih dari 40 bengkel. Sedangkan di wilayahnya, atau Kecamatan Weleri ada sekitar 10 orang pengrajin. “Tidak tahu nasibnya bagaimana sekarang,” timpalnya.
Pengerjaan barongan sendiri memerlukan waktu dua hingga empat minggu. Menyesuaikan ukuran, kerumitan ukiran, rambut, kain, dan lain sebagainya. Barongan di tempatnya dibandrol hingga Rp 3 juta. Sementara untuk dawangan harganya berkisar Rp 1,5 juta.
“Paling sulit itu servis, bagaimana caranya bisa bagus kembali. Kendalanya biasanya karena kondisi yang rusak, kayu yang jelek, dan lain sebagainya,” tandasnya. (Hdk)