Arab : Kotak Kosong Lebih Dipercaya Sebagai Solusi Demokrasi di Pilkada Raja Ampat

(pelitaekspress.com)-RAJA AMPAT-PABAR – Gerakan pemenangan kotak kosong semakin masif untuk melawan calon tunggal pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di Kabupaten Raja Ampat.

Setelah lima dari enam partai politik pemilik kursi di DPRD Kabupaten Raja Ampat melabuhkan dukungan ke Petahana.

Partai Hanaura yang belum menentukan arah dukungannya tak mencukupi 20 persen kursi untuk mengusung paslon lain, selain kotak kosong.paslon tunggal ini akhirnya terjadi, masyarakat pemilih di Kabupaten Raja Ampat tetap akan punya dua pilihan di Pilkada 2020.

Yakni hak untuk memilih paslon yang diusung oleh gabungan parpol atau memilih kotak kosong.

Ketua Aliansi Raja Ampat Bersatu (ARAB) Albert Mayor menilai bahwa keberadaan mereka adalah sebuah pembelajaran bagi masyarakat untuk berdemokrasi di Kabupaten Raja Ampat. Mengingat momentum tersebut baru pertama kali terjadi di mana hanya ada pasangan calon tunggal.

Selain itu Albert menyebut bahwa proses politik sudah berjalan dan harapannya masyarakat bisa sikapi dengan arif dan bijaksana.

Saat diwawancarai media Mayor menjelaskan “ : memenangkan kotak kosong dalam penyelenggaraan pilkada kabupaten raja ampat merupakan bagian dari proses demokrasi.

Pasalnya, pilkada yang hanya diikuti pasangan tunggal tersebut, dianggap sudah mencederai demokrasi di negara ini, Jika berhasil memenangkan kotak kosong maka ini akan menjadi bukti bahwa kekuasaan, kedaulatan dan pesta demokrasi tersebut, keputusannya ada di tangan rakyat, dan bukan ditentukan oleh kekuasaan maupun elite partai politik, Fenomena kotak kosong adalah problem turunan dari meluasnya praktik kekuasaan oligarki. Karenanya ia merupakan respons atas kebuntuan politik elektoral di kabupaten raja ampat yang dinilai tidak mengalami perubahan berarti. Pilkada raja ampat 2020 tetap dihelat, namun yang berkuasa hanya mereka yang selama ini berada dalam episentrum oligarki. Akhirnya, aktor-aktor politik yang ingin membangun raja ampat sulit memasuki arena pertarungan Pilkada, kecuali harus bersedia bergabung dalam barisan para elite predatoris.

kompetisi demokratis yang sehat melalui pilkada meniscayakan hadirnya lebih dari satu kandidat yang bersaing. Itu artinya, semakin banyak jumlah calon yang siap berturung di pilkada raja ampat namun yang terjadi hanya paslon tunggal, hal ini merefleksikan ada sesuatu yang salah dalam proses kompetisi demokratis pilkada Raja Ampat.

Betapa tidak, paling kurang ada 6 parpol yang memiliki kursi di legislatif Raja Ampat, tetapi tidak ada persaingan politik. Pertanyaannya, mengapa harus ada 6 parpol jika mereka memiliki visi dan haluan politik yang seragam dalam bentuk pengusungan paslon tunggal dalam pilkada”Ucapnya. (Jerry_Roe)

Tinggalkan Balasan