(pelitaekspres.com) – PALEMBANG- Universitas Sriwijaya (Unsri) kembali mencatatkan perannya dalam penguatan tata kelola dan peningkatan mutu pendidikan tinggi nasional dengan menjadi tuan rumah Sidang Paripurna Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA-PTNBH). Agenda bergengsi yang dihadiri ratusan delegasi dari 24 PTN-BH se-Indonesia ini digelar di Hotel Aryaduta, Jalan Kampus POM IX Palembang, pada Jumat (14/11/25).
Sidang ini menjadi momentum penting bagi para pimpinan senat akademik dari berbagai universitas besar Indonesia untuk membahas arah kebijakan akademik, khususnya terkait peningkatan akses dan mutu pendidikan tinggi yang mampu bersaing di tingkat global.
Rektor Unsri Prof. Dr. Taufiq Marwa menjelaskan bahwa agenda utama sidang kali ini berfokus pada pembahasan aspek akademik yang mendukung peningkatan kualitas PTN-BH. Menurutnya, kualitas pendidikan tidak bisa dilepaskan dari sistem penjaminan mutu, baik internal maupun eksternal.
Salah satu aspek penjaminan mutu eksternal yang menjadi sorotan adalah akreditasi, yang dinilai sebagai pilar penting untuk memastikan kesiapan PTN-BH menghadapi persaingan global.
“Harapannya PTN-BH semakin berkualitas dari sisi akademik. Hari ini juga berlangsung pemilihan pengurus MSA-PTNBH. Untuk ketua nya berasal dari Universitas Andalas, dan hari ini dilakukan pemilihan untuk menentukan wakil ketuanya,” jelasnya.
Ketua Senat Akademik Universitas Padjadjaran sekaligus Ketua Majelis Senat Akademik PTN-BH, Prof. Dr. Yoni Fuadah Sukriani, dr., Sp.FM., Subsp. SBM, menegaskan bahwa MSA-PTNBH rutin menggelar empat kali pertemuan setiap tahun secara bergilir di berbagai PTN-BH.
Pada pertemuan kali ini, fokus pembahasan adalah akselerasi mutu perguruan tinggi melalui akreditasi nasional dan internasional.
“Intinya, akreditasi harus benar-benar membawa peningkatan mutu bagi PTN-BH. Ini bentuk komitmen kepada masyarakat bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan sebaik mungkin, dengan mutu yang diakui tidak hanya secara nasional, tetapi juga internasional,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa akreditasi berperan besar dalam mencetak lulusan berkualitas yang dapat diterima dunia kerja, serta dalam meningkatkan daya saing universitas di panggung global.
“Dengan akreditasi internasional, universitas kita bisa disejajarkan dengan kampus-kampus besar dunia dan akan lebih mudah menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga global,” tambah Yoni.
Prof. Yoni juga menekankan bahwa akreditasi yang diakui secara internasional diharapkan dapat menarik minat mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa sistem pendidikan tinggi Indonesia semakin diakui di dunia.
Selain itu, pihaknya menargetkan setiap pertemuan MSA-PTNBH menghasilkan rekomendasi yang dapat disampaikan kepada pemerintah sebagai bahan evaluasi kebijakan. Perubahan regulasi yang cepat dinilai membutuhkan masukan yang tepat dari para pemangku kepentingan pendidikan tinggi.
Ia mencontohkan bagaimana masukan dari MSA-PTNBH turut berperan dalam revisi Permendikbud Nomor 53 Tahun 2023, yang kemudian melahirkan Permendikti Nomor 39 Tahun 2023.
“Selain advokasi kebijakan, kami juga melakukan refleksi internal. Apakah proses akreditasi yang kami jalani benar-benar membawa perbaikan budaya mutu, bukan hanya memperbaiki administrasi tanpa substansi,” kata Yoni.
Menutup pernyataan, ia berharap diskusi kali ini melahirkan rekomendasi yang memperkuat posisi akreditasi di PTN-BH serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan bersama para rektor di masing-masing universitas. (dkd)


