(pelitaekspres.com) –PALEMBANG- Komunitas sepak bola usia dini Football Community Garuda Anak Nusantara (GAN) Sumatera Selatan kembali menggelar ajang bergengsi bertajuk Garuda Cup Sumsel Series 2025: Road to Milo National Championship 2025. Turnamen ini berlangsung selama dua hari, Sabtu dan Minggu (8–9 November 2025), di Stadion Jasdam II/Sriwijaya, Jalan Letjen Harun Sohar, Kebun Bunga, Palembang.
Koordinator GAN untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan meliputi Sumsel, Jambi, Lampung, Bangka Belitung, dan Bengkulu, Hanief Djohan, menjelaskan bahwa Football Community Garuda Anak Nusantara merupakan wadah pembinaan sepak bola usia dini berskala nasional yang telah berdiri sejak tahun 2012.
Menurut Hanief, turnamen Garuda Cup 2025 diselenggarakan di 24 regional dari total 38 provinsi di seluruh Indonesia. Nantinya, setiap tim juara di masing-masing regional akan melaju ke Kejuaraan Nasional yang digelar pada awal tahun 2026.
“Setiap tahun, kejuaraan nasional Garuda Cup selalu dilaksanakan pada bulan Januari. Karena itu, babak kualifikasinya digelar di tahun sebelumnya untuk menentukan tim-tim terbaik yang berhak tampil di tingkat nasional,” ungkap Hanief.
Hanief juga menjelaskan bahwa Garuda Cup tahun 2025 mengalami perubahan regulasi penting dalam hal kategori usia peserta. Jika pada tahun-tahun sebelumnya (2015–2024) turnamen mempertandingkan kategori U-10 dan U-12, maka tahun ini berubah menjadi U-9 dan U-11.
Perubahan ini dilakukan karena pertimbangan usia kompetitif di tingkat nasional. “Kalau anak U-12 ikut kejuaraan nasional di awal tahun berikutnya, usia mereka sudah 13 tahun. Itu sudah masuk kategori usia besar, bukan festival lagi. Karena itu, kami sesuaikan agar U-11 nanti ketika tampil di final nasional sudah pas berusia 12 tahun,” jelasnya.
Dengan perubahan tersebut, pihak penyelenggara berharap pembinaan dan pengukuran kemampuan pemain usia dini dapat berlangsung lebih optimal dan sesuai standar pembinaan internasional.
Hanief mengakui, jumlah peserta dari Zona Sumatera Selatan pada tahun ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, Sumsel menjadi salah satu wilayah dengan peserta terbanyak di luar Pulau Jawa, mencapai 32 tim penuh.
Namun, karena perubahan kategori usia, jumlah peserta kini menjadi 24 tim untuk U-11 dan 10 tim untuk U-9. Meski demikian, Hanief menegaskan bahwa penurunan jumlah peserta tidak memengaruhi kualitas kompetisi. Sebaliknya, tingkat antusiasme dan semangat para peserta justru semakin tinggi karena mereka ingin menunjukkan kemampuan terbaik agar bisa lolos ke tingkat nasional.
Garuda Cup, menurut Hanief, memiliki peran penting dalam memberikan wadah kompetitif bagi anak-anak pecinta sepak bola di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan.
“Selama ini, pembinaan usia dini di dunia sepak bola Indonesia belum tersentuh langsung oleh PSSI. Karena itu, komunitas seperti GAN hadir untuk mengisi ruang tersebut, menjadi mitra pembinaan yang membantu anak-anak berkembang sejak dini,” jelasnya.
Hanief menambahkan, turnamen seperti Garuda Cup bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi juga sarana untuk mengukur perkembangan kemampuan pemain muda. Tanpa adanya turnamen semacam ini, anak-anak hanya akan berlatih tanpa tahu sejauh mana peningkatan mereka.
“Event seperti ini sangat penting. Ini tempat mereka menguji hasil latihan, meningkatkan kepercayaan diri, dan menambah jam terbang. Jadi, perkembangan mereka bisa terlihat secara nyata,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Hanief juga memberikan pesan khusus bagi para peserta dan orang tua mereka. Kepada para pemain muda, ia berpesan agar tidak takut untuk mengikuti turnamen apa pun dan tetap semangat bertanding.
“Setiap pertandingan adalah pengalaman berharga. Dari situ, kalian bisa belajar banyak hal tentang kerja sama, disiplin, dan semangat pantang menyerah,” ujarnya memberi semangat.
Sedangkan bagi para orang tua, Hanief menekankan pentingnya memberi kebebasan bagi anak-anak untuk bermain dan berekspresi di lapangan tanpa intervensi.
“Biarkan anak-anak bermain dengan hati nurani mereka. Jangan di-remote dari pinggir lapangan. Kami ingin mereka berkembang secara alami,” tegasnya.
Untuk menjaga sportivitas dan kenyamanan, panitia juga memberlakukan aturan ketat. Orang tua tidak diperbolehkan mendampingi anak-anak di pinggir lapangan. Hanya pelatih yang diizinkan berada di area pertandingan. Bila ada orang tua yang melanggar, pertandingan akan dihentikan sementara hingga mereka naik ke tribun penonton.
“Kami ingin menciptakan suasana yang sehat, di mana anak-anak bisa bermain bebas tanpa tekanan. Kami juga memastikan seluruh aspek keamanan dan kenyamanan mulai dari lapangan yang layak, tim medis profesional, hingga wasit berlisensi,” tutup Hanief. (dkd)


