Kasus HIV/AIDS di Yapen Tembus 2.767, Pemerintah Lakukan Terobosan Edukasi, Tes Dini, hingga Dukungan ODHA

(pelitaekspres.com) – SERUI – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, terus meningkat. Hingga 30 Juni 2025, Dinas Kesehatan setempat mencatat 2.767 kasus. Dari jumlah tersebut, 1.591 pasien tengah menjalani pengobatan ARV, 715 pasien belum diobati, dan 461 pasien meninggal dunia. Distrik Anotaurei menjadi wilayah dengan kasus terbanyak (1.816 kasus), disusul Yapen Selatan (561 kasus) dan Angkaisera (95 kasus).

Mayoritas pasien berada pada kelompok usia produktif 25–49 tahun (1.735 kasus), dengan perempuan (1.767 kasus) lebih banyak dibanding laki-laki (989 kasus). Faktor risiko utama masih didominasi oleh hubungan heteroseksual (1.979 kasus), sementara 1.067 pasien juga mengalami ko-infeksi TB-HIV.

Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Yapen, Karolis Tanawani, SKM, MPH, mengingatkan pentingnya pencegahan sejak dini.

“Mari jaga diri dari HIV, karena masa depan gemilang kalau terhindar dari HIV,” ujarnya.

Tren peningkatan kasus mendorong Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Yapen bersama sejumlah komunitas—Kowapha, Yabapha, Yapha, dan YPKM—untuk memperluas sosialisasi. Hingga pertengahan 2025, kegiatan edukasi telah menjangkau lebih dari 6.019 orang, meliputi lintas sektor, paguyuban, gereja, hingga sekolah dan kampus.

Kampanye ini mengusung pesan utama: “Lebih dini lebih baik, Tempo Tes HIV.” Tes HIV dini dianggap krusial agar pasien segera mendapatkan terapi ARV, bisa mengendalikan penyakit layaknya penyakit kronis, serta melindungi pasangan dan keluarga.

Sekretaris KPA Yapen, dr. Andy Raya Sarjatno, M.Kes, menegaskan pentingnya keberanian masyarakat untuk memeriksakan diri.

“Ko andalan kalo ko berani tes HIV. Lebih cepat tahu, lebih cepat kita bisa kendalikan,” tegasnya.

Selain sosialisasi, layanan kesehatan juga terus mengedepankan pemeriksaan viral load bagi ODHIV. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan efektivitas terapi ARV, mengetahui potensi penularan, dan menjamin hak pasien yang rutin berobat.

Sampel darah pasien dikirim ke Jayapura, lalu hasilnya dievaluasi dokter di puskesmas tempat mereka memperoleh ARV. Jika hasil menunjukkan “tidak terdeteksi”, pasien berarti berhasil mengendalikan virus, tidak menularkan HIV, sehat, dan terhindar dari penyakit penyerta.

Terobosan lain yang dilakukan pemerintah daerah adalah penyaluran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada lebih dari 400 ODHA. Program yang bersumber dari dana Otonomi Khusus (Otsus) ini bertujuan memperkuat daya tahan tubuh pasien agar tetap sehat dan produktif dalam menjalani pengobatan.

“Pemberian Makanan Tambahan ini diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan gizi ODHA, sehingga mereka lebih kuat menjalani pengobatan maupun aktivitas sehari-hari,” jelas Kadinkes Karolis Tanawani, Senin (8/9/2025).

Program ini mendapat apresiasi dari para penerima manfaat yang mengaku merasa lebih diperhatikan dan tidak sendirian dalam perjuangan menghadapi HIV/AIDS.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen menegaskan bahwa upaya pencegahan dan penanganan HIV/AIDS tidak bisa hanya ditopang oleh pemerintah, tetapi membutuhkan dukungan seluruh stakeholder. Edukasi kini juga dikemas dengan pendekatan kultural lewat pesan: “Ko jaga sa, sa jaga ko.”

Langkah-langkah terobosan ini sejalan dengan moto daerah Aman, Ceria, Indah, dan Sehat (ACIS) serta visi “Yapen Rumah Kita yang Berkeadilan, Unggul, dan Sejahtera.” Harapannya, penanganan HIV/AIDS dapat berjalan efektif bila dilakukan bersama-sama, dari pemerintah, masyarakat, komunitas, hingga keluarga.

Tinggalkan Balasan