(pelitaekspres.com) – JAKARTA – Kesenjangan digital yang dialami anak-anak Indonesia mendapat sorotan tajam dalam Forum Diskusi Publik bertema “Ruang Digital Anak Aman dan Sehat (PP TUNAS)”. Acara yang berlangsung secara daring via Zoom Meeting dari pukul 09.00–12.00 WIB ini menghadirkan lebih dari 250 peserta dari berbagai daerah.
Dalam keynote speech-nya, Habib Idrus Salim Aljufri, Lc., M.B.A., mengungkap fakta paradoks: meskipun 9,17% pengguna internet Indonesia adalah anak usia di bawah 12 tahun, ternyata masih ada 39,7% sekolah di Indonesia yang tidak memiliki akses internet memadai.
“Kita bicara tentang ruang digital yang aman, tetapi akses internet di sekolah saja belum merata. Literasi digital tidak mungkin terbangun tanpa infrastruktur yang layak. Di sinilah DPR akan memperkuat fungsi pengawasan, anggaran, dan diplomasi global agar anak-anak Indonesia mendapat hak yang sama,” ujar Habib Idrus.
Diskusi dilanjutkan oleh Dr. Rulli Nasrullah, M.Si., yang menekankan bahaya FoMO dan kecanduan gawai.
Sementara itu, Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., menjelaskan pentingnya pendekatan psikologis yang persuasif. “Prinsip jalin koneksi sebelum koreksi adalah kunci. Orang tua harus mendengar dulu sebelum menegur, agar anak merasa didampingi, bukan diawasi,” jelasnya.
Peserta juga menyoroti berbagai isu nyata. Ali Gibran Ahmad, misalnya, mengeluhkan kasus anak kecanduan gadget hingga menimbulkan gangguan fisik. Sukmadiarti menjawab, “Kasus seperti itu harus segera ditangani medis dan psikologis. Gadget addiction bisa menjadi gangguan klinis yang butuh intervensi profesional.”
Forum ini menegaskan bahwa membangun ruang digital anak yang aman bukan hanya soal regulasi, tetapi juga pemerataan akses, pendampingan psikologis, dan partisipasi masyarakat luas.


