17 Masih Hilang di Laut Yapen: Bupati Kunjungi Korban, Ingatkan Bahaya Ombak Besar

(pelitaekspres.com) –SERUI- Bupati Kabupaten Kepulauan Yapen, Benyamin Arisoy, didampingi istrinya Nyonya Dina Laura Rumbiak Arisoy (Ketua PKK Kabupaten Kepulauan Yapen sekaligus Anggota DPR Papua dan Ketua Komisi V), bersama Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen Ebzon Sembai, mengunjungi  korban  atas tenggelamnya Speetdboat  yang membawa 21 orang dari Kota Serui tujuan ke kampung Waindu pada tanggal 24 malam Desember 2025 di depan Kampung Waindu, Distrik Rangbawi. Senin  (29/12/2025)

Kunjungan ini dilakukan untuk mengecek kondisi korban di Kampung Waindu salah satunya adalah  Hendrik Injoroweri yang juga menjabat sebagai Bendahara Kampung Waindu—serta keluarga  Korban  yang ikut dalam tenggelamnya Speedboat pada tanggal 24 malam Desember 2025 dan masyarakat setempat. Mereka menyerahkan bantuan sembako kepada korban, para keluarga keluarga yang mengalami korban   dan warga Kampung Waindu.

Dalam keterangan persnya, Bupati Benyamin Arisoy menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan bertemu masyarakat korban musibah tenggelamnya speedboat pada malam 24 Desember 2025. Hingga hari ini, dari 21 korban, baru empat yang ditemukan: tiga selamat dan satu meninggal dunia. Sementara itu, 17 korban lainnya masih dalam proses pencarian yang telah memasuki hari kelima, dilakukan oleh masyarakat, Tim SAR, TNI AL, Polairud, serta bantuan udara dan pihak terkait lainnya.

“Hari ini kami hadir bersama Ketua DPRD Yapen Ebzon Sembai, Kepala Badan BPBD Kabupaten Kepulauan Yapen Yohan M. Muai, serta Ketua PKK Kabupaten Kepulauan Yapen yang juga Anggota DPR Papua (Ketua Komisi V) Dina Laura Rumbiak Arisoy. Kami bertemu Kepala Distrik Rangbawi, masyarakat, korban Hendrik, keluarga korban lainnya  untuk berdiskusi kronologi kecelakaan tenggelamnya speedboat tersebut,” ujar Bupati.

Bupati memohon dukungan dari semua pihak, terutama masyarakat sekitar, untuk menyisir pesisir pantai utara, selatan, Pulau Kurudu, Kaipuri, serta pesisir Poiwai, Pamai, hingga Bunoi dan sekitarnya.

“Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pencarian korban laka laut ini, baik masyarakat, Tim SAR, TNI AL, Polairud, dan lainnya atas upaya bersama yang luar biasa,” tambahnya.Bupati juga menekankan pentingnya keselamatan saat menyeberang ke wilayah timur.

“Saya berharap seluruh warga lebih berhati-hati, mempertimbangkan cuaca, waktu, dan kapasitas perahu sesuai jumlah penumpang. Prioritaskan keselamatan agar tragedi seperti malam 24 Desember ini tidak terulang,” pesannya.

Ia mengingatkan bahwa bulan Desember sering dilanda angin kencang, ombak tinggi, dan arus deras, sehingga setiap tindakan harus dipertimbangkan matang.

Kejadian ini meninggalkan duka mendalam. “Kami sangat sedih karena hingga kini 17 orang belum ditemukan. Saya berharap keluarga yang berduka diberi kekuatan, penghiburan, dan iman oleh Tuhan untuk menerima ini sebagai bagian dari kasih dan rencana-Nya dalam kehidupan kita sebagai orang beriman,” doa Bupati. Ia menambahkan, “Kita tetap kuat, ikuti perkembangan beberapa hari ke depan, dan berdoa agar 17 korban ini ditemukan dalam kondisi selamat, serta yang meninggal dapat dimakamkan dengan layak.

Korban Hendrik Injoroweri menceritakan awal mula musibah kepada media. Speedboat yang ditumpangi 21 orang berangkat dari Kota Serui sekitar pukul 15.00 WIT sore, menuju Kampung Waindu, Distrik Rangbawi. Namun, takdir berkata lain. Sekitar pukul 20.00 WIT di depan Tanjung Waindu, speedboat terhantam gelombang besar bertubi-tiga hingga tenggelam persis di depan Kampung Waindu  dekat lampu mercusuar, hanya 10 meter dari batu besar di depan Kampung Waindu.

“Pada saat tenggelam, ombak memukul speedboat ke batu besar itu,” kenang Hendrik.

Suasana gelap gulita membuatnya hanya bisa berenang mengikuti suara keluarga yang meminta tolong. Ia sempat menolong anaknya dengan menggendongnya sambil memegang jeriken minyak sebagai pelampung. Dari pukul 20.00 WIT hingga 04.00 WIT, Hendrik berjuang di laut hingga anak perempuannya, Sarah, meninggal dunia masih dalam gendongannya. Kondisi tubuh yang melemah memaksanya melepaskan jenazah anaknya demi menyelamatkan diri.” Tutur Hendrik kepada media ini.”

Hendrik akhirnya mendapat  pertolongan sekitar pukul 16.00 WIT di posisi depan Kurudu-Kaipuri-Poiwai. Ia dibawa ke Kampung Waindu dengan luka di dada, lengan kiri-kanan, dan terkena tumpahan bensin dari jeriken.Tragedi ini menjadi pengingat pilu akan bahaya laut di Kepulauan Yapen, meninggalkan doa dan harapan bagi 17 korban yang masih hilang.