Progran MM Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

(pelitaekspres.com) -YOGYAKARTA- Penilaian kinerja adalah proses yang diperlukan dalam organisasi untuk memastikan bahwa kualitas hasil kerjaan terpenuhi. Proses ini memerlukan metode, dan dapat memberi informasi kepada karyawan apakah mereka memenuhi harapan atau dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih baik.

Beberapa tujuan dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut: menentukan kompetensi profesional, meningkatkan pengembangan staf, memotivasi mereka menuju prestasi yang lebih tinggi, meningkatkan komunikasi antara manajer dan personel, dan mendorong hubungan yang lebih baik antar karyawan.

Manajer kontemporer  berpandangan  bahwa karyawan adalah modal penting dari suatu organisasi dan memainkan peran yang berharga dalam mencapai tujuan strategis organisasi mereka. Meningkatkan keahlian dan efektivitas staf hanya mungkin dilakukan berdasarkan penilaian kinerja mereka. Dilain sisi Penilaian kinerja tidak selalu meningkatkan produktivitas. Kadang-kadang, sistem penilaian kinerja dikaitkan dengan peningkatan ketidakpuasan, kurangnya motivasi, penolakan terutama dari pihak penilai/karyawan. Kondisi ini disebabkan oleh kesalahan dalam isi evaluasi, bias dalam proses evaluasi, ketidak harmonisan antara kebutuhan karyawan dan tujuan penilaian atau tidak adanya dimensi kinerja yang jelas dan independen.

Untuk mencapai efektivitas sistem penilaian kinerja, validasi alat penilaian tidak hanya cukup, tetapi reaksi karyawan terhadap sistem ini sangat penting. Memang, dengan ketidakpuasan dan perasaan tidak adil dalam proses penilaian, setiap sistem penilaian akan mengalami kegagalan, mengingat sebagian besar metode evaluasi tidak efektif karena sifat metode ini yang kompleks, dan selalu berubah.

Faktor utama ketidak efektifan  sistem penilaian kinerja adalah ketidak sadaran staf dari tujuan penilaian kinerja, sistem penilaian kinerja dan administrasi, realitas sosial budaya, dan menerapkan kriteria retrospektif, hal ini dapat menyebabkan penilaian kinerja memiliki dampak yang kecil pada peningkatan kinerja  karyawan.  Selain itu adanya ketidak keadilan, objektivitas, umpan balik yang sesuai, dan partisipasi staf kurang diperhatikan dalam kebijakan-kebijakan organisasi.

Manajer yang tidak memiliki kekuatan dorongan atau komunikasi yang baik dengan karyawan; sistem penilaian bersifat subyektif dan tidak terspesialisasi, juga dapat menjadikan penilaian kinerja menjadi bias dan tidak memberikan umpan balik yang tepat. Bahwa tidak adanya manajer yang terlatih merupakan kelemahan terbesar dari sistem penilaian kinerj karyawan.

Dapat dikatakan bahwa sistem penilaian kinerja memegang peranan penting dalam keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Penilaian yang sesuai sistem mungkin bisa meningkatkan motivasi untuk memberikan yang lebih baik layanan kepada klien. Dengan sistem penilaian kinerja yang tepat, dapat memastikan umpan balik yang tepat, sehinggga dapat mengambil kebijakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dari tugas pegawai/karyawan.(Heti Patmawati)