(pelitaekspres.com) – PALEMBANG– Kasus dugaan penganiayaan antar sesama tenaga pendidik di salah satu SMA Negeri di Kota Palembang tengah menjadi sorotan publik setelah rekaman dan informasi terkait kejadian tersebut viral di media sosial. Korban yang disebut sebagai guru senior berinisial YM telah melaporkan insiden tersebut ke pihak berwajib.
Berdasarkan data resmi, laporan YM telah teregister dengan nomor LP: STTLP/B/498/X/2025/SPKT/Polsek Sako/Polrestabes Palembang/Polda Sumsel, tertanggal 15 Oktober 2025. Laporan tersebut kini dalam proses penanganan pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur hukum yang berlaku.
Sementara itu, oknum pegawai PPPK yang diduga terlibat dalam insiden adu fisik tersebut akhirnya angkat bicara dan memberikan klarifikasi saat ditemui awak media di salah satu rumah sakit swasta di Palembang. Ia meminta agar pemberitaan tidak hanya memuat satu sisi versi peristiwa.
“Agar pemberitaan berimbang dan tidak sepihak, saya jelaskan kronologinya. Pada 15 Oktober 2025 siang, terjadi adu mulut antara operator dengan YM. Persoalannya terkait tanda tangan administrasi TPG sertifikasi. Perdebatan semakin memanas hingga terdengar dari ruangan saya,” ujarnya.
Ia mengaku keluar ruangan setelah mendengar keributan. Saat itu, menurut pengakuannya, YM tengah berbicara dengan nada tinggi di luar ruangan hingga menarik perhatian beberapa murid yang berada di sekitar lokasi.
“Sebagai pendidik, seharusnya memberi contoh. YM saat itu marah karena diminta mengikuti proses administrasi sesuai prosedur. Namun keadaan semakin panas ketika YM mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Di saat itulah emosi saya terpancing dan terjadi dorong-dorongan hingga berujung adu fisik,” jelasnya.
Lebih lanjut, oknum PPPK tersebut menyinggung bahwa YM bukan pertama kali terlibat konflik di lingkungan sekolah. Menurutnya, sudah ada beberapa catatan perselisihan yang melibatkan YM dengan guru lain.
“YM ini memang sering berselisih paham dengan beberapa guru. Ada rekaman CCTV dan catatan sekolah terkait insiden-insiden sebelumnya,” tambahnya.
Meski demikian, ia menyatakan penyesalan atas tindakan yang terjadi dan menyampaikan permohonan maaf atas insiden yang telah mencoreng nama baik institusi pendidikan.
” Secara pribadi saya meminta maaf karena terpancing emosi. Saya juga merasa sering terprovokasi oleh sikap beliau. Saya siap mengikuti proses hukum. Harapan saya, ke depan masalah seperti ini tidak terjadi lagi, baik di sekolah ini maupun sekolah lain. Jika memungkinkan, saya berharap tetap ada ruang untuk mediasi dan penyelesaian secara kekeluargaan,” tutupnya.
(dkd)


