From Minus To Hero, Selai Buah Merah Holima Jayawijaya Siap Tembus Jakarta

(pelitaekspress.com) – PAPUA – kaka Vita, begitu dirinya disapa di Holima, wanita kelahiran jayapura ini memutuskan menghentikan karirnya sebagai tenaga kontrak di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua demi menemani sang suami yang bertugas sebagai  pegawai Biara dan juga Guru SD di Kabupaten Jayawijaya, dirinya menjalankan kesehariannya sebagai seorang ibu rumah tangga pada umumnya, disisi lain untuk menopang kebutuhan rumah tangga yang terbilang cukup tinggi di daerah jayawijaya maka dirinya memutuskan untuk berjualan jajanan bagi anak sekolah di sekitar sekolah tempat dimana suaminya bekerja. 3/3/21.

Kehidupan di lembah baliem membuat wanita ini perlahan menjadi jatuh cinta dengan alam dan masyarakatnya, keramahan, cinta dan kasih sayang menemani kehidupan seorang vita faidiban bersama suami yang dikelilingi banyak masyarakat holima yang berprofesi sebagai petani, melihat banyaknya bahan baku hasil pertanian yang terkadang tidak laku di pasar kemudian hal tersebut dimanfaatkan oleh para tengkulak untuk memainkan harga pasar terhadap komoditas pertanian tersebut, kondisi itu membuat jiwa Vita berontak, otaknya dipaksa bekerja rodi untuk menjawab hal yang dalam pandangannya tidak pantas diterima oleh para petani di sekitar tempat dirinya dan suaminya tinggal.

Kampung hubikiak Distrik Holima Kabupaten Jayawijaya adalah suatu kisah “From Minus To Hero” dimulai, kegiatan advokasi sederhana yang dilakukannya, dengan menabrak tatanan sosial dimana dalam corak sosial kepemilikan lahan pertanian dengan ragam komoditas pertanian mengharuskan para pemuda usia produktif di kampung tersebut memiliki penguasaan lahan pertanian yang cukup luas, dimana lelaki muda diharuskan untuk bekerja kebun agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan kemudian hasil tersebut dijual oleh orang tua perempuan, siklus ini terus berlangsung dalam kehidupan sosial masyarakat di hampir seantero lembah baliem.

Namun kebanyakan dari mereka para pemuda di kampung Hubikiak dalam pengamatannya memiliki potensi semangat yang sangat ekstra, dirinya kemudian mengumpulkan para pemuda di kampung hubikiak untuk bagaimana mencari jawaban atas persoalan yang mereka hadapi saat ini, diantaranya mengenai mafia harga bahan pokok berupa umbi-umbian dan tanaman lainnya yang memiliki nilai ekonomis potensial.

Vita kemudian melakukan perjalanan ke jayapura untuk mengurus beberapa keperluan yang harus diselesaikan, saat berada di jayapura dirinya terus diteror dengan kerinduannya untuk memecahkan persoalan yang ditemukan di kampung Hubikiak, berbekal media sosial Vita menemukan suplemen untuk mencapai mimpinya, adalah Papua Muda Inspiratif (PMI) yang memberikan ruang bagi Vita untuk dapat mengakses banyak pengetahuan dan beberapa hal yang menurutnya masih kurang pada dirinya, Neil Aiwui adalah seorang entrepreneur muda papua dengan jabatan komisaris yang terus berkomunikasi dengan Vita, berkat perkenalan tersebut adrenalin wanita berdarah biak ini memuncak mengejar klimaks yang belum sampai.

Vita kembali mengontak pemuda kampung holima bernama Ronald Hubi, pemuda ini terkenal memiliki lahan pertanian dengan ukuran berhektar-hektar dengan komoditas campuran didalamnya, ronald sebenarnya semua hasil pertanian mu dapat masuk di toko-toko atau pasar modern baik di kota wamena dan kota Jayapura, coba kamu cari komoditas apa yang dapat kita suport ke toko-toko jika dapat berupa bahan baku atau turunan bahan baku berupa olahan hasil pertanian, berkat motivasi tersebut Vita dan Ronald memutuskan untuk menentukan komoditas pertanian potensial yang akan dipelajari prosesnya.

Adalah Pandanus conoideus Lam atau yang sering dikenal dengan sebutan Buah Merah, menjadi perhatian dari Vita Faidiban dan Pemuda di Kampung Hubikiak Distrik Holima yang yang kemudian memecahkan pertanyaan yang diundangkan sendiri oleh mereka; bagaimana caranya agar buah merah dapat diterima semua kalangan, tanpa menjadikan bentuk fisik dan wujud lainnya menjadikan banyak orang yang tidak suka untuk mengkonsumsi buah merah dengan turunan olahan berupa minyak buah merah dan kapsul buah merah hanya karena hal tersebut tidak enak oleh masyarakat umum, padahal dengan kandungan seperti protein, kalori, karbohidrat, lemak sehat, dan antioksidan seperti vitamin E dan C, alfa-karoten, beta-karoten, dan yang semuanya itu dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Dengan pengetahuan yang sedikit demi sedikit diperoleh dalam pergaulannya di Papua Muda Inspiratif, dan berbekal petunjuk dari beberapa sahabat, kemudian dilahirkanlah turunan olahan buah merah berupa selai dan sambal dari buah merah, benar saja dengan pengetahuan otodidak tersebut, Vita dan para pemuda kampung Hubikiak sempat kecewa dengan hasil percobaan pertama dengan mengolah buah merah menjadi selai buah merah, gagal dan gagal lagi namun menurut mereka hal tersebut bukanlah penghalang bagi mereka untuk terus berupaya dengan keterbatasan yang mereka miliki agar kerinduan mereka tercapai, menjadi tuan dinegeri sendiri, dengan support dari Corporate Social Responsibility – CSR dari PT PLN Regional Papua sehingga dapat membeli peralatan penunjang bagi usaha olahan buah merah menjadi selai dan lainnya, kegagalan demi kegagalan terhadap olahan selai dan sambal buah merah menyebabkan vita dkk memutuskan menerapkan standar pabrik terhadap segala sesuatu olahan yang akan dihasilkan, dengan merubah kebiasaan tersebut Vita Faidiban dkk dapat memecahkan persoalan olahan buah merah tersebut.

Berbekal browsing di internet untuk mengetahui bagaimana olahan ini dapat tembus atau dijual di pertokoan dan swalayan lainnya, persyaratan pengurusan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dan legalitas usaha olahan lainya, vita menyampaikan bahwa cukup terbantu dengan pelayanan di Dinas Kesehatan Provinsi Papua, yang sebelumnya dirinya bersama-sama dengan pemuda yang dibina nya tak mendapatkannya dari instansi terkait di kab. Jayawijaya.

Berbekal komunikasi di dinas kesehatan provinsi papua pada bulan november 2020 dirinya dibekali dengan pelatihan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan dan Dinas Perindagkop dan UMKM Prov. Papua, ilmu yang didapatkannya kemudian di share kepada para pemuda dampingannya, selai olahan yang dihasilkan kemudian diulangi lagi dari awal demi menjadikan rasa yang konsisten pada turunan olahan buah merah sebagai syarat untuk memperoleh dan menjaga pasar.

Berbekal keuletan dan sikap pantang menyerah Vita dan para pemuda kampung holima Distrik Hubikiak Kab. Jayawijaya dan dukungan CSR PLN Regional Papua serta Pemerintah Provinsi Papua dan  Komisaris Papua Muda Inspiratif membuat saat ini melalui industri rumah tangga saja Vita dkk dapat memproduksi 300-500 kemasan Selai dan Sambal Buah Merah, tutur vita kepada pelitaekspres.com.

Tinggalkan Balasan