(pelitaekspress.com) -TEGAL- bertempat di gedung Rektorat Universitas Pancasakti Tegal, Kembali rektor Universitas Pancasakti Tegal Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. dan Wakil Bidang III bidang  kemahasiswaan Dr. Fajar Ari Sudewo, SH, MH didamping seluruh Pembina UKM dan seluruh Wakil Dekan III Bidang kemahasiswaan melakukan aksi peduli kepada  korban dari dampak Covid – 19 dengan memberikan santunan kepada mereka.

Kali ini Rektor beserta jajarannya melakukan aksi peduli kepada 37 Mahasiswa rantau yang kuliah di Universitas Pancasakti Tegal yang benar – benar mereka merasakan betul kesul;itan – kesulitan akibat dampak Virus Corona ini. Bantuan diberikan Rektor kepada mahasiswa perantau secara simbolis diterima oleh ketua BEM UPS Tegal  Muhammad Ardi Stiawan beserta jajarannya.

Ini sebenarnya hanya beberapa bagian kecil saja dari kegiatan peduli korban Covid-19. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh rektor dan jajarannya dalam rangka membantu mahasiswa – mahasiswi yang terkena dampak korona telah dilakukan baik ditingkat Universitas maupun pada tingkat Fakultas termasuk dengan memberikan subsidi kepada seluruh mahasiswa UPS Tegal selama tiga bulan berjalan dan dapat diperpanjang sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.

Adanya kegiatan ini juga menepis tudingan – tudingan  miring yang ditujukan kepada rektor dan ketua BEM UPS Tegal  yang dianggap kurang peka dan tidak peduli kepada mahasiswanya yang terkena dampak corona ini.

Menanggapi tudingan –tudingan tersebut Prof. Dr. Fahruddin, M.Pd mengatakan bahwa menurutnya “PEKA”  itu ranahnya afeksi/rasa bukan ucapan. Manakala seorang sibuk mendiskusikan, memprovokasi kepekaan pada sekelompok orang. Maka bisa jadi mereka itu justru bukanlah orang yg peka. Suatu contoh dosen yg awalnya tidak faham IT  Namun karena merasa ada tuntutan pembelajaran terkini harus dengan IT atau secara daring,  maka ia belajar model pembelajaran berbasis IT.  Dan itulah yg dilakukan dosen – dosen kita.  Berbagai tindakan telah dilakukan dalam rangka penyesuaian – penyesuaian akibat covid 19 ini, baik dalam pembelajaran, Keuangan, dan lain sebagainya.

Kemudian beliau meneruskan tanggapannya bahwa “LAMBAT” ranahnya ada pada perilaku. Manakala seorang berjalan lambat di jalur lambat, maka apa yg dilakukan seorang itu pada jalur yang tepat dan benar. Namun, jika ia berjalan lambat pada jalur cepat hampir pasti akan ada korban, dikarenakan sebagian besar pada berjalan lambat. Demikian pula di tempat kita, oleh karena  ketepatan itulah yg jadi acuan.

Sebagai contoh usulan penurunan 40%, dengan  alasan berkurangnya pemanfaatan fasilitas dalam proses belajar – mengajar ini tidak dapat dilakukan karena kita juga mempertimbangkan ada pengalihan alokasi anggaran kondisi darurat yg cukup besar.

Simpulannya rektor dan jajaran rektorat bukan tidak peka dan lambat melainkan tanggap dan tepat dalam mengambil kebijakan terkait pandemi covid-19 yg sedang melanda kita.(*)